Menyelami Dualitas Emosi : Kecemasan dan Motivasi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Oleh: Indri Wirahmi Bay, SPd., MA *

 

Kecemasan  dan motivasi sebagai dua aspek psikologis yang sering kali bertentangan, memegang peranan penting dalamproses pembelajaran Bahasa Inggris. Meskipun kedua faktorini tampaknya berada di ujung yang berlawanan, merekamemiliki hubungan yang kompleks dan saling mempengaruhi.

Artikel ini akan mengeksplorasi peran keduanya dalampembelajaran bahasa dan bagaimana menyeimbangkanmereka untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, dengan mempertimbangkan konteks pembelajar yang beragam dan bagaimana faktor-faktor eksternal dapatmempengaruhi kedua aspek ini.

Sumber dari kecemasan sebagai salah satu faktor psikologi yang dianggap dapat menghambat keberhasilan proses pembelajaran bahasa Inggris ini bisa beragam, mulai darikhawatir atau takut berbuat salah pada saat berkomunikasidalam bahasa Inggris, takut diejek oleh temannya karenakesalahan tersebut, cemas karena akan mengikuti ujian bahasaInggris, hingga rasa tidak nyaman ketika harus berbicara di depan umum. Menurut Horwitz, Horwitz, dan Cope (1986), kecemasan bahasa asing adalah jenis kecemasan spesifik yang terkait dengan pembelajaran atau penggunaan bahasa kedua. Kecemasan ini dapat secara signifikan mempengaruhikemampuan mendengar, berbicara, membaca, dan menulisdalam bahasa target, seringkali menyebabkan pembelajarmerasa terhambat dan kurang percaya diri dalammenggunakan bahasa Inggris.

Kredit Mobil Gorontalo

Di sisi lain, keberadaan motivasi menjadi elemen penting dalam proses mempelajari bahasa Inggris. Menurut Dörnyei(2001), motivasi diartikan sebagai rangkaian alasan ataupendorong yang membuat individu bertekad untukmempelajari atau terus meningkatkan kemampuan merekadalam bahasa kedua (L2), meski dihadapkan pada berbagaikesulitan. Sumber motivasi ini bisa sangat beragam, mulaidari keinginan mendapatkan pengakuan sosial, aspirasi untukmencapai target akademis atau profesional, hingga keinginanuntuk berkomunikasi dengan kebudayaan yang berbeda. Dörnyei menyoroti bahwa tanpa adanya motivasi yang memadai, akan menjadi tantangan bagi pembelajar untukbertahan dan membuat progres signifikan dalam belajarbahasa dalam periode jangka panjang.

Pertentangan antara kedua faktor ini seringkali membuatpembelajar terjebak pada posisi yang menuntut mereka untukharus berusaha lebih keras lagi. Dari satu sisi, doronganbelajar dan keinginan untuk menguasai bahasa Inggrismendorong mereka untuk terus maju ke depan; namun darisisi lain, rasa cemas yang dirasakan dapat menjadi penghalangdalam proses pembelajaran dan mencapai hasil yang diinginkan. Situasi ini tentunya membutuhkan solusi berupastrategi yang jitu dan bisa diterapkan secara tepat  untukmenangani faktor kecemasan namun tetap bisa menjaga ataubahkan bisa meningkatkan motivasi dalam diri mereka. Jika kondisi ini terus terjaga, maka pembelajar bisa mencapaikesuksesan dalam belajar bahasa Inggris.

Untuk mengurangi kecemasan, ada berbagai strategi yang bisadiadopsi, termasuk metode pembelajaran yang fokus pada keaktifan siswa (students-centred), dimana para pendidikmemberi kesempatan bagi siswa untuk terlibat secaralangsung dalam kegiatan belajar. Cara ini efektif dalammengurangi stres dan memperkuat rasa percaya diri para siswa, memberikan mereka rasa penghargaan dan dukunganselama proses pembelajaran. Lebih jauh, penggunaan teknikpembelajaran yang beragam dan menghibur, seperti games bahasa, debat kelompok, dan proyek kreatif, bisamerendahkan rasa cemas pada siswa sambil meningkatkanpartisipasi dan ketertarikan mereka terhadap materi yang diajarkan.

Dalam memperkuat motivasi tentunya membutuhkan pengajaryang bisa mengidentifikasi serta memahami kebutuhan siswa. Pujian dan respon positif dari pengajar dapat meningkatkankepercayaan diri siswa dan menginspirasi mereka untuk terusberupaya meskipun dihadapkan pada rintangan. Menetapkantarget yang tepat dan berusaha menghargai setiap aktivitaspembelajaran yang dilakukan oleh siswa, mampumenumbuhkan kepercayaan diri yang akan berimbas pada peningkatan motivasi belajar mereka. Selain itu, integrasiaspek-aspek budaya yang menarik dari negara-negara berbahasa Inggris ke dalam kurikulum dapat memperkayapengalaman pembelajaran siswa dan membangkitkan minatmereka untuk terus belajar.

Pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran bahasaInggris bisa menjadi sarana efektif untuk menurunkankecemasan dan meningkatkan motivasi. Penggunaan aplikasi-edukasi, permainan interaktif, dan platform media sosial dapatmembuat pembelajaran menjadi lebih seru dan menarik sertamampu mengurangi tekanan. Teknologi memberikankesempatan kepada siswa untuk mengakses materipembelajaran global, belajar dalam konteks yang otentik, dan berinteraksi dengan penutur asli, yang tidak hanya dapatmemperbaiki kemampuan bahasa mereka tapi juga mengurangi kekhawatiran dalam berkomunikasi.

Menciptakan keseimbangan antara kecemasan dan motivasimemerlukan upaya guru untuk membentuk lingkungan kelasyang mendukung dan mengundang positivitas. Suasanapembelajaran yang menyenangkan, di mana siswa merasaaman untuk mengekspresikan diri dan melakukan kesalahantanpa rasa takut dihakimi, bisa sangat mengurangi kecemasan. Seorang guru yang baik adalah yang mendengarkan, menghargai kerja keras siswa, dan memberi masukan yang membangun dan produktif.

Untuk mencapai keselarasan antara kecemasan dan motivasisaat belajar bahasa Inggris tentunya membutuhkan strategi yang sesuai dan dukungan secara terus menerus. Guru dan siswa perlu berkolaborasi untuk mengidentifikasi penyebabkecemasan dan cara mengatasinya, sementara motivasi terusditanamkan melalui pengalaman pembelajaran yang menggembirakan dan memuaskan. Mengelola kecemasan dan memelihara motivasi diri memungkinkan siswa untuk lebihbisa menyiapkan mental dalam menghadapi tantangan belajarbahasa Inggris.

Peran pengajar sebagai pendengar yang baik terhadap keluhanataupun kebutuhan siswa sangat penting dalam belajar bahasaInggris. Dengan pendekatan yang persuasif, penuh empati dan pengertian, pengajar dapat berperan penting dalammembimbing siswa melalui rintangan yang dihadapi. Melaluimetode dan strategi yang tepat, kecemasan dalam diri bisamenjadi pemicu untuk meningkatkan motivasi yang sanggupmemacu siswa untuk bergerak diluar batas kenyamananmereka sehingga mampu menembus sekat yang terbentukdalam diri mereka demi mencapai keberhasilan dalam bahasaInggris.

Kesimpulannya, artikel ini mengungkapkan betapa pentingnyamengelola kecemasan dan motivasi dalam konteks belajarbahasa Inggris, memberikan pandangan tentang bagaimanakedua faktor ini bisa disesuaikan untuk keuntunganpembelajar. Dengan penerapan strategi yang efektif dan dukungan yang konsisten, siswa bisa mengalahkan rintangandan mencapai kemajuan maksimal dalam mempelajari bahasaInggris yang telah menjadi lingua franca di dunia ini.[]

*) Mahasiswa S3 Prodi Linguistik Terapan Pasca Sarjana UNG  dan Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Sastra dan Budaya UNG

 

Referensi:

Horwitz, E.K., Horwitz, M.B., & Cope, J. (1986). Foreign language classroom anxiety. The Modern Language Journal, 70(2).

Dörnyei, Z. (2001). Motivational Strategies in the Language Classroom. Cambridge University Press.