Lanskap Politik Turki Menuju 2023

 

Oleh : Tengku Zulkifli Usman*

 

Muharrem Ince, mantan capres Turki 2018 yang kalah telak melawan Erdogan sudah keluar dari partai lama nya CHP 2 bulan lalu.

Saat ini sedang mempersiapkan mendirikan partai baru, setelah terjadi cek Cok dan perbedaan pendapat yang tajam dengan ketua umum CHP Kemal Kilichdaroglu.

Kredit Mobil Gorontalo

Soal kepastian pendirian partai barunya juga sudah jelas, pasca ramadhan dan idul Fitri tahun ini. Calon Kantor pusat partai nya nanti kemarin juga sudah beberes di kota Ankara.

Ince keluar dari CHP dengan membawa gerbong kader lama sekitar 350 orang elit ditambah dengan 3 orang anggota DPR pusat yang keluar belakangan dari CHP.

Ince keluar dari partai Attaturk itu karena menganggap ketua umum CHP Kemal Kilichdaroglu seorang yang arogan dan diktator.

Jika partai baru nya nanti sah berdiri, maka sudah ada 3 partai baru calon peserta dalam pemilu Turki 2023 nanti sekaligus pilpres.

Partai Attaturk CHP sendiri adalah partai yang sudah 20tahun ini selalu kalah dalam pemilu sejak Erdogan mendirikan partai AKP.

Kemal Kilichdaroglu naik sebagai pimpinan CHP setelah ketua umum lama CHP Deniz Baykal mundur pasca kasus asusila dan skandal sex.

Di lain sisi, CHP besar kemungkinan tetap akan mengusung walikota Istanbul Ekrem Imamoglu sebagai capres 2023 penantang Erdogan.

Pecahnya CHP mendekati pilpres 2023 mendatang memberikan keuntungan tersendiri bagi AKP dan Erdogan.

Karena di haluan kiri CHP pecah, di haluan kanan dan kiri tengah juga lawan Erdogan pecah dengan terbentuknya Partai baru Gelecek Parti nya Davutoglu dan Deva Parti nya Ali Babacan yang merupakan kolega Erdogan di masa lalu.

Jika meliha realitas ini, maka aliansi AKP-MHP yang sudah lama terbentuk justru akan semakin solid, ditambah dengan mendekat nya partai Saadet ke AKP lewat beberapa petinggi Saadet sendiri.

Kontroversi Ekrem Imamoglu juga akan membawa keuntungan lain untuk AKP dan Erdogan, mengingat Imamoglu adalah calon kuat yang potensial dalam melawan Erdogan di kota suara dari CHP.

Walikota Istanbul itu belum lama ini membuat kontroversi, dia sering mengadakan acara acara resmi walikota dengan ritual membaca Alquran dengan bahasa Turki, sama seperti apa yang pernah dilakukan oleh Attaturk di masa lalu.

Imamoglu baru baru ini juga mengeluarkan kebijakan agar semua pegawai di lingkungan walikota wajib ikut acara acara yang di setting oleh walikota yang bertemakan pro LGBT.

Semua masalah masalah yang ada secara tidak langsung akan menguntungkan AKP dan Erdogan. Tapi meskipun begitu, langkah Erdogan 2023 untuk melanjutkan masa jabatan presiden bukanlah perkara mudah. Inilah mengapa saya menyebut 2023 adalah pilpres terpanas dalam sejarah demokrasi modern Turki.

Jika melihat kebijakan partai AKP yang baru dalam kongres terbaru mereka pekan lalu, AKP berbenah cukup serius. Banyak perombakan besar-besaran dilakukan dalam tubuh pengurus pusat AKP.

Misalkan yang dulunya pengurus komite pusat hanya berjumlah 50 orang, saat ini sudah bertambah menjadi 75 orang.

Dan diantara 75 orang komite pusat itu, 47 diantaranya adalah wajah baru dan 28 dari mereka adalah anak anak muda berusia 30-35 tahun.

Ini adalah terobosan besar yang dilakukan AKP sebagai tanda kesiapan mereka menghadapi pilpres terpanas 2023 tersebut.

Jika kita ingin menebak capres 2023 Turki, maka akan semakin terang benderang. Kemungkinannya CHP akan mengusung Imamoglu, Good Party akan mengusung Meral Aksener, AKP dengan Erdogan, dan Partai Saadet akan berupaya mengusung anaknya Erbakan.

Sedangkan nasib Muharrem Ince, Davutoglu dan Ali Babacan akan melihat perkembangan partai mereka 2tahun kedepan. Partai baru ini punya peluang walaupun kecil.

Salah satu tantangan Erdogan saat ini adalah isu ekonomi, isu inilah yang dimanfaatkan oleh partai Deva pimpinan Ali Babacan dengan baik mengingat Babacan adalah mantan menteri keuangan Turki yang tau kelemahan visi ekonomi Erdogan saat ini.

Namun jika menganalisa keadaan secara umum, rakyat Turki tidak terlalu antusias dengan Babacan, Davutoglu, apalagi Muharrem Ince. Terbukti dengan kondisi elektabilitas partai Deva dan Gelecek yang sampai saat ini belum naik signifikan walaupun dimotori oleh mantan top elit pejabat Turki itu.

Faktor utama kenapa Gelecek dan Deva belum mampu merangkak secara signifikan adalah, Karena publik masih melihat mereka sebagai aktor yang justru dibesarkan oleh Erdogan.

Sedangkan faktor utama kenapa Muharrem Ince juga belum di respon positif oleh publik disana, karena selain pernah kalah telak dalam pilpres lalu, Muharrem Ince juga dipandang sebagai pribadi yang tidak stabil juga arogan untuk sebuah jabatan skala Presiden.

Dengan semua kondisi diatas, nyaris pesaing Erdogan yang serius pada pilpres mendatang hanya sisa Ekrem Imamoglu. Hanya sosok ini yang benar benar bisa mengancam Erdogan apabila AKP salah langkah.

Saya melihat, semua musuh Erdogan saat ini baik investor politik dari dalam Turki maupun dari luar Turki semisal Israel, AS, Emirat, Saudi, Mesir, Fathullah Gulen dkk sedang bermain di belakang Imamoglu untuk menggusur Erdogan.

Sadar akan hal itu, saya juga melihat AKP Sangat serius mempersiapkan diri menghadapi aliansi besar di belakang Imamoglu ini dengan pembenahan yang signifikan. Erdogan dan AKP sejauh ini saya lihat tidak pernah merasa berada diatas angin.

Logika pertempuran politik benar benar diterapkan Erdogan dalam menghadapi pilpres mendatang dengan terus bekerja keras, solid, dan profesional, meskipun posisi AKP secara kalkulasi keseluruhan masih berada pada posisi aman. AKP tidak jumawa dan tidak meremehkan lawan lawannya. Ini tentu positif.

 

*) Pengamat Politik Internasional & Pengurus Pusat Partai Gelora Indonesia.