Kisah Seorang Perawat Pasien Covid-19

GORONTALO, MEDGO.ID – Laila Nur Ramadhani Kaluku seorang perawat di rumah sakit umum Aloe Saboe Kota Gorontalo, menuturkan pengalamanya saat mejadi perawat pasien Covid-19.

Kepada salah satu wartawan MEDGO.ID, Laila menceritakan kisahnya, pada awalnya Dia mendengar informasi tentang perekrutan tenaga kesehatan Covid-19 dari teman-temannya. Saat mendengar informasi tersebut, sebagai seorang perawat terpanggilah hatinya untuk turun melakukan tugas kemanusiaan, yakni menjadi perawat pasien Covid-19.

Dengan niat yang tulus, Laila memberanikan diri menyampaikan keinginannya kepada kedua orang tuanya untuk menjadi seorang perawat pasien covid-19, namun niat tersebut tidak mendapat restu dari ibunya. Sebab sang ibu hawatir dan sayang Laila.

Kredit Mobil Gorontalo

“Ada minta izin sama orang tua, namun yang mengizinkan hanya papa saja, kalau mama belum mengizinkan,” kata Laila

Kemudian dirinya meminta kepada Ayahnya untuk meyakinkan ibunya agar memberikan izin untuk menjadi relawan medis covid-19, sebab menurut Laila ini adalah panggilan kemanusiaan.

Setelah Ayahnya memberikan panjelasan dan meyakikan kepada ibunya, ibunya pun langsung memberi restu dengan catatan Laila harus tau menjaga diri, tau jaga kesehatan.

BACA JUGA :  Hari ke-2 Idul Fitri, Pj. Bupati Batu Bara Hadiri Open House Gubernur Sumatera Utara

“Kita juga kan di fasilitasi tinggal di hotel demi keamanan keluarga di rumah, makanya mama langsung kasih izin,” ujar Laila.

Kemudian pada tanggal 1 mei 2020 dirinya mulai masuk bekerja menjadi perawat covid-19 yang di tempatkan dalam ruangan UGD.

Tentu sebagai manusia, perasaan yang dirasakan saat pertama menjadi perawat ada rasa senang juga perasaan takut, namun setelah melihat kondisi pasien covid-19 dirinya bersama perawat lainnya harus tetap semangat dan mampu meumbuhkan semangat untuk sembuh kepada para pasien.

Awal-awal picahnya corona Kata Laila, di gorontalo kan masyarakat pada takut semua, nah yang di hadapi pasien selain corona juga adalah tekanan psikis, termasuk stigma lingkungan. Makanya mereka membutuhkan dukungan.

Bahkan bukan hanya pasien yang kena stigma, para tanaga medis dan perawat pun mendapatkan stigma yang tidak baik dari lingkungan masyarakat.

Seperti yang dirasakannya saat di gorontalo makin banyak yang terpapar, orang tua langsung menghubungi lewat via WhatsApp agar jangan dulu masuk ke perum karena masyarakat gorontalo makin banyak yang terpapar corona.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Batu Bara Bersama Wakapolda Sumut Cek Pospam Ops Ketupat Toba 2024

“Waktu covid-19 makin bertambah di gorontalo, mama langsung menghubungi Laila agar tidak ke perum dulu karena orang yang kena corona di gorontalo makin banyak dan para tetangga takut sama saya karena saya yang merawat mereka,” Kata Laila dengan mata yang berbinar-binar.

Selain itu, para tim medis juga sering di perhadapkan dengan persoalan keluarga pasien yang mengamuk, marah-marah terhadap tim medis karena terprovokasi dengan isu-isu hoax tentang pandemi covid-19.

Walaupun mereka mengamuk, kata Laila, kami tetap melayani dengan baik dan melayani secara profesional.

Dikatakannya juga, bahwa tugas perawat itu tidak hanya merawat biologis atau fisik tapi secara holistik.

“Kami itu memandang manusia itu secara holistik yakni Bio, psiko, sosio, kultural dan spiritul. Jadi tidak hanya memyebuhkan tapi juga kami beri motofasi,” ujar Laila.

BACA JUGA :  Pastikan Keamanan Arus Mudik Lebaran, Pj. Bupati Batu Bara Cek Pospam dan Posyan

“Waktu di icu, walaupun pasien tidak sadar, kita sering ngobrol sama pasien, kami beri semangat, semangat pak, banyak berdoa dan istigfar pak,” imbuhnya lagi

Begitu pula keluarga pasien kita kuatkan mereka, apalagi keluarga pasien yang meninggal kita benar-benar merasakannya kesedihannya.

Lanjut Laila, Sudahlah kalau meninggal karena penyakit biasa kita masih bisa melihat jezah tapi kalau meninggal karena covid-19, keluarganya tidak bisa melihat untuk yang terakhir kalinya nanti sudah dikubur baru bisa kekubur.

“Kita sedih juga tapi sebagai perawat harus profesional karena perawat itu harus empati bukan simpati,” terang Laila.

“Alhamdulillah selama bertugas jadi perawat pasien covid-19, teman dari kampus sering memberi suport, para dosen poltekes juga mengirimkan vitamin dan madu untuk kami para ti medis,” pungkasnya.

Kemudian, dirinya berharap untuk masyarakat jika beraktifitas diluar agar tetap mematuhi protokol kesehatan covid-19, gunakan masker selalu bawa handsanitizer dan intinya tetap disiplin protokol kesehatan covid-19. (Arlan)