Musim Politik DKI Jakarta Dimulai, Bola Api Mulai Meluncur.

Oleh : Abdul Wahab*

Pilkada DKI Jakarta akan dilaksanakan pada tahun 2022 nanti, namun Bola Panas para Kompetitor sudah di mulai pada saat ini, kursi Gubernur Ibukota Republik Indonesia ini memang merupakan kursi yang prestize (paling bergengsi),  bagi siapa saja yang mencari ketenaran politik, popularitas, akses bisnis,  dan ingin melompat menjadi Presiden.

Apalagi, APBD Provinsi DKI Jakarta merupakan APBD tertinggi dari semua provinsi yang ada di Indonesia,. Hal ini tentu saja menjadi hipnotis dan daya magis bagi para politisi dan pebisnis untuk merebut, menduduki  dan menggulingkan, petahana, Gubernur Anies Baswedan yang giatnya menata Jakarta, yang menjabat lewat kontestasi elektoral pada 2022 nanti.

2022 Bagi para pemburu kekuasaan dan pemodal,  bukanlah waktu yang masih lama, namun telah sangat dekat dalam alam khayal nya. Hal ini tentu tak mengherankan, para lawan politik akan membuat sang Petahana Anies Baswedan,  berada dalam posisi diburu dan menjadi target sasaran common enemy (musuh bersama).

Dalam Politik Indonesia dan dunia telah menjadi hal yang lumrah bagi formasi-formasi koalisi politik,  selalu dinamis,  berubah sesuai alasan dan kepentingan.  Baik itu berlandaskan pragmatisme, opurtunisme dan hal lain nya yang diluar nalar kerakyatan dan akal sehat manusia.

Common Enemy dan Propaganda Para Buzzer.

Masyarakat Indonesia yang sedang mengalami euforia digital tentu saja akan sangat aktif dan interaktif dengan polarisasi proxy yang dibangun oleh para buzzer bayaran, dan Relawan Oposan untuk menumbangkan sang Petahana. Trend nya saat ini adalah menjadikan Petahana sebagai Common enemy untuk di serbu setiap menit nya melalui kanal kanal propaganda yang dibangun, seolah taka da hal positif yang dilakukan oleh Anies Baswedan.

 

Hoax dan Kontra intelejen bayaran tentu saja akan beredar dengan liar, brutal menembus dinding media social, yang tujuannya, tak lain black marketing (pembunuhan karakter), seperti pada kompetisi Pilpres 2019 yang lalu.

Belum ada saat ini sebuah hitungan taktis dalam politik Indonesia untuk membuat Petahana berada dalam posisi aman, karna polarisasi kekuatan politik indonesia sedang mengalami trend kanal besar, yang hasil nya adalah oposisi dan petahana, mirip seperti di Amerika serikat, Donald Trump versus Hilary Clinton, walaupun secara sistemnya tidak sama.

Anies Baswedan sebagai Gubernur Petahana yang tak akan peduli, nyinyir para oposan kosong, sebab tak akan pernah mereka akui hal positif yang dilakukannya.  Tentu saja Harus bekerja Keras untuk Lepas dari Jeratan Pukat Harimau dan Lubang Ranjau yang dipasang dari para Pemburu Kuasa dan Modal dimana hal hal itu kapan saja bisa membuatnya Remuk dan Tumbang secara elektoral,Anies Harus bekerja Cerdas dan lebih Progresif dalam mewujudkan visi Kerakyatan nya sehingga tetap Mendapat Kepercayaan dari Rakyat Jakarta.(*)

*) Analys