Istano Basa Pagaruyuang, Bukti Peradaban Minangkabau Yang Tak Lekang Oleh Zaman

Tanah Datar, (MEDGO.ID) – Indonesia merupakan negara dengan surganya budaya. Sejak dahulu Nusantara sudah menawarkan berbagai macam destinasi wisata kebudayaan yang wajib kita kunjungi, seperti yang terdapat di Bumi Minangkabau.

Bumi Minang yang menawarkan sejuta destinasi wisata dan beragam keindahan sejarah, salah satunya Istano Basa Pagaruyuang yang berdiri tegak di Kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar.

Untuk menjajaki Istano Pagaruyuang, kita tak perlu membayar mahal. Cukup dengan domestik 15.000 dewasa, 7.500 anak-anak, dan bagi mancanegara hanya membayar 25.000 saja.

Kredit Mobil Gorontalo

Biasanya diakhir pekan wisatawan beramai-ramai pengunjungi Istano, apalagi ketika waktu libur sekolah, lebaran, dan hari-hari besar lainnya. Namun belakangan ini sedikit berbeda. “Dahulu karena kabut asap, kalau saat ini virus Corona mempengaruhi jumlah pengunjung”, Ujar Ridwan yang merupakan kepala pengelola Istano Basa Pagaruyuang, Minggu (15/03).

Ridwan, Kepala Pengelola Istana Pagaruyung

Bangunan Istano Pagaruyuang ini pernah terbakar sebanyak tiga kali, terakhir pada tahun 2007 silam. Lalu dibangun kembali pada 2008. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya Istano bisa diresmikan tahun 2013.

Ketika menjajaki tangga, kita akan melihat sarana yang terdapat di sekitar lstano seperti, Surau(tempat ibadah), Rangkiang(tempat penyimpanan padi), kuda tunggang, dan fotografer yang dikelola masyarakat sekitar.

Tak luput dari pandangan, ternyata lstano berdiri tiga lantai. Lantai pertama kita akan melihat ruangan memanjang dengan benda-benda peninggalan sejarah diletakkan dalam etalase, kamar-kamar, dan sebuah singgasana di bagian tengah ruangan.

Naik ke lantai dua, orang biasanya menyebutnya sebagai Anjuang Parangihan, dimana ruangan ini merupakan kamar anak raja yang belum menikah. Adapun lantai tiga adalah tempat rapat khusus raja, diruangan inilah raja menyimpan alat-alat kebesaran, seperti mahkota kerajaan yang dahulunya disimpan dalam sebuah peti khusus yang dinamakan Aluang Bunian.

Disini kita juga bisa mencoba sensasi memakai pakaian adat dari kerajaan, dengan harga terjangkau dan bersahabat, sekaligus didampingi dengan jasa fotografer.

Istano Basa pagaruyuang berjarak 6 Km dari pusat kota, disinilah kita memperkenalkan lingkungan wisata yang terdapat di pekarangan Istano yang merupakan merupakan tempat wisata unggulan di Sumatera Barat. “Agar orang-orang dapat mengetahui bagaimana budaya Minangkabau dengan baik dan benar”, sambung Ridwan sembari mengakhiri pembicaraan.

Tak usah ragu, meski wisatawan dari luar daerah atau mancanegara datang dengan rasa lelah karena lama diperjalanan, semua akan terbayarkan oleh pemandangan yang ditawarkan Istano Basa Pagaruyuang. (Ayu)

Editor :Surya Hadinata