Digital Melayani dan Reformasi Administrasi di Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin

Oleh : Rival Aqma Rianda *

“Saya katakan bahwa cita-cita kita dengan keadilan sosial adalah satu masyarakat yang adil dan makmur dengan menggunakan alat-alat industri, alat-alat teknologi yang sangat moderen. Asal tidak dikuasai oleh sistem kapitalisme,”Ir. Soekarno

Tahun 2018 Global Digital Report berdasarkan laporan Wearesocial terdapat mencapai 4,021 miliar orang yang mengunakan akses internet digitalisasi yang di prediksi separuh manusia di bumi telah menggunakan akses layanan internet tersebut. Sedangkan di Indonesia sendiri, mencapai 132 juta orang. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 223 juta jiwa bisa kita pastikan 50 persen penduduk Indonesia telah menggunakan layanan akses internet.

Sementara 60 persennya telah mengakses internet yang menggunakan smarphone. Namun durasi para pengguna internet dari Wearesocial melaporkan secara general keberadaan menggunakan internet selama 6 jam (enam jam) perhari. Jika durasi ini dikalikan dengan jumlah pengguna internet dunia, maka durasi penggunaan internet oleh seluruh manusia di bumi bisa mencapai lebih dari 1 miliar jam untuk online di tahun 2018.

Indonesia dalam hal waktu penggunaan internet menempati peringkat keempat dunia dengan durasi rata-rata menggunakan internet selama 8 jam 51 menit setiap harinya. Indonesia hanya “kalah” dari Thailand yang memiliki durasi 9 jam 38 menit, kemudian Filipina 9 jam 29 menit dan Brazil dengan 9 jam 14 menit. Peringkat Indonesia ini melampaui negara-negara maju seperti Singapura yang memiliki rata-rata durasi 7 jam 9 menit, Tiongkok 6 jam 30 menit, Amerika Serikat 6 jam 30 menit dan Jerman 4 jam 52 menit.

Tentunya dalam hal ini pemerintah harus mampu menjawab kuatnya gelombang perkembangan teknologi apalagi seirima dengan visi-misi di dalam Kebinet Indonesia maju yaitu “Digital Melayani” di lain sisi selain teknologi pelayanan publik terutama dalam soal administrasi. Tidak bisa di pungkiri di era perkembangan dan kemajuan teknologi hari ini yang begitu pesat dan signifikan atau bisa kita sebut sebagai “Revolusi Industri 4.0” membuat kita dimana akan di hadapkan suatu persoalan besar di dalam tantangan zaman kedepan. Berangkat lewat tulisan ini, penulis mencoba sedikit membuka memori kolektif kita bersama, terutama kepada penggiat, pengamat, dan pakar-pakar yang menjadi mitra-kritis pemerintahan.

Bicara dunia perkembangan teknologi knologi tidak terlepas dengan negara-negara kawasan Asia Timur, kita ambil contoh seperti negara Jepang salah satunya negara yang mnjadi format bagi negara-negara kawasan asia timur dan dunia, di dalam kecanggihan dan kemajuan teknologi. Di fase hari ini justru kita tidak lagi di kagetkan dengan kondisi negara-negara lainnya. Hari ini negara masyarakat jepang sudah mendeklarasikan Revolusi Industri 5.0 (masyarakat social society 5.0) Kecepatan, ketepatan, penyerderhanaan, dan mengefisiensi merupakan salah satu kunci warisan budaya dan karakteristik masyarakat jepang dalam menduniakan teknologi sebagai plantform dan role mode di hadapan negara-negara lain. Dan tentunya dalam menguasai ruang networking aktivicity dan kehidupan sehari-hari.

Sementara di Indonesia lagi asyik ngobrol soal Revolusi Industri 4.0 di ruang publik. Secara historis dari fase ke fase Revolusi Industri bukanlah sesuatu yang baru ketika menyebutnya, di dalam sejarah tersebut. Revolusi Industri sudah mengalami 4 (empat) tahapan di dalam sejerah dan hari ini kita memasuki fase yang ke – 4.

Sebelum Revolusi Industri 1.0 terjadi, manusia hanya bisa memproduksi barang dan jasa hanya secukupnya menggerakan tenaga otot, tenaga air, ataupun tenaga udara dan tradisional lainnya. Karena seperti kita ketahui bahwa tenaga-tenaga tersebut cukup terbatas. Misalkan tenaga otot hanya menggunakan kekuatan tubuh untuk mengangkat barang berat, bahkan dengan menggunakan katrol, (alat berat) dibutuhkan istirahat berkala. Hal tersebut merupakan bentuk non-efisiensi waktu dan tenaga.

Meneropong Konsepsi DILAN Ala Kabinet Indonesia Maju

Proses demokrasi di dalam pemilu 2019 mengejarkan kita sebuah pertarungan agenda medos. Kemudian baru saja kita saksikan dan lewati bersama. Segala pundak mimpi dan cita-cita perubahan menjadi mandat rakyat untuk saling melangkah dan bergerak bersama dalam mewujudkan Indonesia yang di cita-citakan di bawah kepemimpinan Jokowi-Maruf Amin Indonesia Maju.

Di samping itu ada yang menarik di dalam Kabinet Indonesia Maju, Jokowi pemimpin negara kala itu di dalam kabinet Indonesia Kerja masih tersimpan di dalam ingatan kita kala itu sebuah Debat Capres-Cawapres yang ke 4 (empat) jokowi sempat menyentrik simpatik audiens dan kalangan milenials yang mengatakan bahwa, pemerintahan akan menerapkan sistem “Digital Melayani” (Dilan) seperti e-government, e-procurement, e-budgeting.

Adapun yang di maksut jokowi di dalam menerapkan sistem DILAN di dalam kabinet Indonesia Maju hari ini adalah, ada upaya upaya pemerintah menggaungkan di dalam kabinet Indonesia Maju yaitu memodernisasi segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara terutama dalam menjawab perkembangan zaman di era dunia digitalisasi, mengenai pelayanan publik yang berbasis elektronik (digitalisasi), penajaman dan penyederhanaan dalam kelembagaan, peningkatan kualitas SDM aparatur, dan reformasi tata kelola

Bicara soal pelayanan dan administrasi tentu tidak terlepas dengan semangat sinergi dan kolaboratif di dalam ikut serta menjadi pelaku objek cita-cita dan perubahan itu sendiri. Jika sinergi dan kolaboratif hanya di bangun atas dasar menimbulkan motif yang tidak sesuai dengan cita-cita. Maka akan lahir sebuah ketidak optimisme-an kita sebagai Bangsa yang percaya akan jati diri sebagai Bangsa Indonesia yang saling mengedepankan asaz gotong-royong dan warisan para leluhur terdahulu.

Rekomendasi dan Diplomasi Aksi

Di Era Revolusi 4.0 ini hadir di sambut di seluruh kalangan elemen masyarakat, dalam hal ini khususnya generasi Milenials. Dalam visi-misi wacana pemerintah hari ini untuk mempermudah segala tata kelola adminstasi dan pelayanan sistem pemerintah. Tentunya ini akan menjadi sebuah catatan kita bersama dalam mengawal, mengkritisi, merekomendasikan, dan aksi untuk mentransformasikan visi-misi tersebut. Perjalanan teknologi dan zaman memang tidak bisa di lawan, melainkan kedinamisan memfollower agenda agenda dan situasi zaman yang memenangkan zaman itu sendiri.

Kehadiran star-up yang berbasis teknologi hari ini khususnya di Indonesia, sudah menjawab situasi dan kedinamisan zaman, mulai dari Go-Jek online, Ruang guru, Tokopedia, Bukalapak, Mojok.co dan Co-founder lainnya yang berbasis digitalisasi akan membawa formasi baru di dalam memenangkan zaman. Seperti apa yang di katakan oleh Bung Karno “To The Build Word A New (membangun tatanan dunia yang baru). Membangun tatanan dunia yang di maksut sebagai bangsa-bangsa wajib untuk membangun fitrah manusia yang damai melainkan atas pijakan-pijakan kegotongroyongan, senasib sebangsa, dengan zaman sekarang yang bisa kita sebut era kolaborasi, sinergi dan trush.

Harapan dari rekomendasi dan diplomasi aksi tersebut pemerintah wajib menyusun kembali skema dalam memajukan teknologi dunia khusus di dalam genggaman Negara Republik Kesatuan Indonesia (NKRI). Melainkan melakukan proses tahapan ruang-ruang perjumpaan, diplomasi dan menyediakan platform kerakyatan yang menjadi tolak ukur pertimbangan sebagai negara kepulaun dan perbatasan untuk mempermudah tatanan kelas di akar rumput tersebut.

*)Wasekjend DPP GMNI 2019-2022