Kota Gorontalo, MEDGO.ID — Beras tak layak konsumsi diterima masyarakat di Kota Gorontalo, menuai kritik sekaligus penyesalan masyarakat, selaku penerima bantuan UMKM dari Dinas Perindag Provinsi Gorontalo.
Beras tak layak konsumsi tersebut, dikirim oleh masyarakat ke redaksi Medgo.ID, yang mengeluhkan, kondisi beras, jangankan untuk dijual, makan sendiri saja tak layak.
“Kasihan, bantuan untuk usaha warung makan, berasnya seperti ini,” kata sebut saja U pengirim foto yang identitasnya tak mau dipublikasi, menggambarkan warna beras tampak kecoklatan, pada Senin (12/02/2024) melalui WA.
Membaca kiriman pesan gambar tersebut, langsung melihat keadaan sebenarnya, penerima bantuan usaha warung makan, yang terletak dikelurahan Tambulabutao Selatan, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo.
Pengirim pesan menyampaikan bahwa, beras yang seharusnya, untuk usaha warung makan, terpaksa diberikan kepada tetangga, karena tak layak untuk diolah, sebagai usaha warung makan.
“Beras tersebut hanya dikonsumsi keluarga dan dibagikan ke wasyarakat sekitar rumah,’ tulisnya lagi.
Mendapat informasi ini wartawan langsung melihat langsung, kebenaran informasi tersebut, denggan mendatangi penerima bantuan UMKM, yang telah diterima pada pekan lalu.
Bersyukur, pemberi informasi mau membagikan nomor kontak penerima bantuan usaha berupa beras. Tak lama berselang, langsung menghubungi, untuk melihat langsung, dan tanggapannya, diluar dugaan.
Awalnya, wartawan menduga, penerima mau menjelaskan dan memberikan penjelasan agar kebenaran informasi yang diterima redaksi Medgo.ID, sebelum disajikan kepada khalayak laus, telah terkonfirmasi dengan benar.
Saat, telpon berdering masuk, sekitar dua kali dhubungi, belum diangkat, “Mungkin nomor tak dikenal,” gumam dalam hati.
Situasi berubah manakala, panggilan ketiga, langsung diangkat, oleh ibu pengusaha warung makan tersebut, “Halo ibu YN, kami dari media, ingin berkunjung ke rumah ?,” tanya wartawan.
Sembari tak tahu hal apa ia dihubungi, langsung bertanya,”Siapa,” tanya Y.
Saa ditanya dengan pertanyaan seperti itu, “Kalau saya mengatakan wartawan, ia tak akan menerima, kedatangan kami ke rumahnya,”pikir wartawan.
Tentu kondisi ini, kami harus sedikit berkelit, agar kita dapat melihat langsung beras tak layak itu, dengan mengatakan barusan kami sudah telpon dinas, bahwa ada beras yang tak layak.
Tanpa banyak tanya lagi, ibu tersebut langsung mengiyakan, kami mendatangi rumahnya,”Silahkan pak, rumah kami di dekat perumahan ******, kelurahan ” jawabnya.
Tak lama kemudian, tiba-tiba masuk telpon, kali ini yang menghubungi suaminya, biasa jadi, mereka telah mengetahui yang akan datang ini adalah wartawan, langsung saya angkat, “Halo bu,” jawab wartawan.
Namun terdengar suara lelaki, dan tak banyak komentar, dan menyampaikan bahwa mereka tak keberatan. “Tak usah datang pak, kami tak persoalkan ini beras,” ucapnya, melalui sambungan telpon masuk.
Sebagai wartawan, kami tetap berupaya, bagaimana bisa mengecek kebenaran informasi, yang diberikan oleh masyarakat, terlepas, mereka menerima atau tidak bantuan itu. Saa itu kami berusaha menjelaskan, silahkan saja bapak tak keberatan, namun yang kami butuhkan berar atau tidak beras yang diterima itu, tak layak.
Dengan sedikit terdiam, tanpa suara orang, lalu terdengan suara perempuan, seolah menyetujui, kedatangan kami dikediaman mereka. “Boleh pak, tapi kami tak keberatan dengan bantuan ini,” ucapnya lagi.
Sambil berbicara, dalam hati senang, telah diterima, skalian minta dibagikan lokasi rumah yang tepat, biar tak membutuhkan waktu lama untuk ke lokasi. “Saya tidak tahu pak, tapi nanti saya minta tolong anak untuk mabagikan lokasinya,” jawabnya.
Tiga menit kemudian, masuk pesan melalui WA, lokasinya yang dikirim melalui nomor ibu Y. Langusng tancap gas, senangnya dalamhati, saat perjalanan menuju lokasi tersebut.
“Alhahamdulillah (Segala puji hanya bagi Allah), ‘ gumam dalam hati sambil tersenyum.
Sesampai dikediaman, sesuai dengan titik lokasi yang mereka bagikan, langsung dijemput oleh suaminya, sembari memastikan kalau saya yang menelpon tadi. “Iya pak, aku yang menghubungi ibu,” jawabku hati-hati, karena target konfirmasi beras belum dilakukan.
Setelah meperkenalkan diri, kami langsung menanyakan perihal beras itu, jawabnya sama saat ditelpon sebelumnya. “Kami tak keberatan pak,” ucapnya lagi.
“Iya, tapi kami mau mengecek, agar ini bisa menjadi bahan evaluasi, dinas bu,” ucap wartawan.
“Boleh kami lihat berasnya bu?, sembari menyampaikan terserah ibu menyetujui atau tidak,” tanya lagi, dengan suara merendah.
Tak lama, ibu langsung ke dalam rumah, mengambil segenggam tangan beras itu, dan memperlihatkan kepada kami. “Ini pak berasnya, tapi kami tak peroalkan,” jawabnya.
Kalau boleh kami melihat langsung ke dalam, sayang tak diijinkan, sebab disimpan dalam kamar, sambil menawarkan agar ambil ditempat yang lebih besar, supaya jelas. “Maaf pak, ini berasnya, dan kami sudah bagikan ke tetangga, dan yang tersisi, hanya sedikit,” ujarnya, sambil membawa beras tersebut dalam sebuah wadah berwarna hijau.
Tak hanya beras, ibu langsung menunjukan nasi yang dimasak dengan beras bantuan daari pemerintah, baunya berbeda, tak seperti umumnya nasi yang diolah dari beras layak konsumsi.
Setelah dilihat, dan dicocokan dengan gambar yang dikirim oleh salah satu warga Kota Gorontalo, kondisinya berasnya sama, warna tak terlalu mengkilat dan sedikit bercampu biji warna kecoklatan.
Pihak Kepala Dinas Perindag Risjon Sunge, saat dikonfirmasi, dengan adanya beras yang diterima masyarakat melalui bantuan UMKM, belum mendapat laporan, dan meminta agar menklarifikasi ke bagian yang menanganinya.
“Belum tahu pak, coba kirim dimana lokasinya, kami akan menggantinya,” jawab Helly Mangundap Kabid UMKM, saat dihubungi melalui WA.
Terkait dengan lokasi penerima dan identitas mereka, atas permintaan yang bersangkutan, untuk tak mempublikasinya.
Dinas Perindag Provinsi Gorontalo awal tahun 2024, salurkan 12000 an penerima bantuan UMKM, dengan berbagai kategori usaha dan jenis bahan yang diterima berbeda. Untuk penyaluran Februari merupakan alokasi aspirasi anggota DPRD provinsi gorontalo, melalui Pokir (pokok-pokok pikiran), dengan jumlah 1 juta rupiah setiap penerima bantuan.
Adapun kategorinya, adalah usaha warung /kios makan, usaha kue kering/basah dan usaha minuman. untuk Usaha warung makan seperti ibu Y ini, menerima bantuan berupa 1 karung beras premium lokal, 3 kg gula pasir dan 5 botol minyak goreng.
Untuk usaha kue kering basah mendapat bantuan berupa gula, tepung terigu, susu dan metega. Dan usaha minuman bantuan yang diterima berupa gula dan susu.((RM)