Puasa memiliki arti menghindari makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja (Kamus besar Bahasa Indonesia). Sementara pengertian kata puasa yang dipergunakan untuk menyebutkan arti dari al-Shaum dalam rukun Islam ke empat ini dalam Bahasa Arab disebut ,
صوم صيام yang berarti puasa.
Dalam Bahasa Arab dan al-Qur’an puasa disebut shaum atau shiyam yang berarti menahan diri dari sesuatu dan meninggalkan sesuatu atau mengendalikan diri.
Abi Abdillah Muhammad bin Qasim al-Syafi’i mengatakan:
(وهو والصوم مصد ران) لصام (معناهما لغة الامساك) عن طعام اوآلام اوسير
(Puasa adalah menahan dahaga dan lapar, selama waktu tertentu, sampai saatnya ia berbuka dengan makan dan minum)
Keutamaan Orang Berpuasa
Setiap orang beriman tentu mendambakan pahala dalam setiap menjalankan ibadah, termasuk ibada puasa. Ibadah puaasa memang berbeda dengan ibadah lainya, selain bentuk pelaksanaanya, juga ada perlakuan khusus bagi setiap hamba yang mengamalkannya.
Kenapa demikian, untuk ibadah puasa ini Allah Subhanau wata ‘alla jualah yang akan memberikan ganjarannya. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits yang diriwaayatkan oleh Imam Muslim, sebagai berikut :
Diriyatkan dari Abi Hurairah ra, Rasulullah Sallahu ‘alaihi wassalam, bersabda : “Allah ‘Azza Wajalla berfirman : Semua amal anak Adam itu untuk dia sendiri, Kecuali puasa karena puasa untuk Ku, dan Akulah yang akan membalasnya”
Dan ibadah puasa adalah pertahanan diri seorang mukmin dan muslim, sebab saat ia menjalankan ibadah puasa ini dengan benar, akan mendapatkan perlindungan dari Allah. Betapa sering kita dalam menjalankan kehidupan selalu mendapatkan tantangan dan godaan, untuk menguji amrah kita, dan puasa lah yang akan mengekangnya.
Lanjut Hadits tersebut, “Puasa itu benteng (pelindung dari siksa neraka). Oleh karena itu apabila kamu smentara berpuasa jangan lah bersetubuh dan jangan pula berbuat gaduh. Apabila seseorang memaki mu dan mengajak bertengkar dengan kamu, katakanlah : “Sesungguhnya saya ini sedang berpuasa”
Coba bayangkan keutamaan orang yang melaksanakan ibadah puasa itu, Allah sendiri yang akan member pahala, sudah dibentengi, ditambah lagi, bau mulutnya melebihi minyak kasturi. Itu menandakan bahwaa begitu Allah memuliakan orang yang menjalankannya dengan ilkhlas karena Allah (Ini pembahasannya tentang niat).
“Demi zat yang jiwa Muhamad ada ditangang Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah pada hari kiamat nanti, daripada bau harum kasturi.”
Banyak kegembiraan yang ditunggu oleh seorang mukmin, tapi tak akan melebihi kegembiraan, manakala ia akan berbuka dan bertemu dengan Allah di syurga nanti. Kegembiraan terkadang hanya sesaat, apalagi hal tersebut berupa materi yang tak akan dibawa kelak saat ajal menjemputnya, kecuali ia gunakan untuk beramal selama di dunia. Kegembiraan yang tak tergantikan saat seseorang hendak berbuka dan diberikan kesempatan bermuwajaha (bertemu dengan Allah), kelak.
“Selain itu orang yang berpuasa mendapatkan dua kali kegembiraan, yaitu apabila (saat) berbuka dia bergembira dengan berbuka puasanya, dan apabila kelak bertemu dengan Tuhan nya, dia bergembira dengan puasanya,” (3:158- Sahih Muslim )
Oleh karena itu beruntunglah kalian yang masih diberikan kesempatan malakukan ibadah puasa selama hidupnya. Apalagi setiap tahunya berkesempatan menjalankan ibadah puasa dibulan suci Ramadhan.
Puasa Amalan Para Nabi Utusan Allah
Berpuasa seperti telah dijelaskan di atas tersebut, memang memiliki keutamaan yang Allah sendiri yang akan memberikannya. Ternyata amalan puasa ini, merupakan amalan para nabi (anbiya), baik dari nabi adam alaihi sallam sampai kepada Nabi Muhammad Salllahu ‘alaihi wassalam.
Leluhur Rasulullah SAW, Nabi Ibrahim AS, juga terkenal dengan kegemarannya berpuasa, terutama pada saat hendak menerima wahyu dari Allah. Kumpulan wahyu itu kemudian dijadikan satu yakni suhuf Ibrahim. Puasa yang menurut agama Ibrahim dilaksanakan pula oleh Nabi Ismail AS, putra beliau. Begitu pula, puasa Nabi Ibrahim AS diikuti oleh Nabi Ishaq, putra beliau dari pernikahannya dengan Sarah.
Leluhur Bani Israil, Nabi Ya’qub AS, terkenal sebagai orang tua dan rasul yang gemar berpuasa, terutama untuk keselamatan putra-putranya. Sementara, Nabi Yusuf AS berpuasa ketika berada dalam penjara bersama para terhukum lainnya. Kebiasaan berpuasa ini juga beliau terapkan ketika menjadi seorang pembesar Mesir, yakni sebagai menteri perekonomian negeri tersebut. “Karena aku khawatir apabila aku kenyang, nanti aku akan melupakan perut fakir miskin,” ujar Nabi Yusuf.
Adapun Nabi Yunus AS berpuasa dari makan dan minum saat berada dalam perut ikan besar selama beberapa hari. Kemudian, beliau berbuka puasa setelah dimuntahkan dari dalam perut ikan itu. Untuk berbuka, dikisahkan, beliau memakan buah semacam labu yang Allah tumbuhkan untuknya di tepi pantai.
Nabi Ayub AS berpuasa pada waktu hidup dalam serba kekurangan dan menderita penyakit selama bertahun-tahun, sampai akhirnya lepas dari cobaan itu. Nabi Syuaib terkenal kesalehannya dan sebagai orang tua yang banyak melakukan puasa dalam rangka bertakwa kepada Allah, di samping dalam rangka hidup sederhana dan untuk kelestarian generasi sesudahnya.
Nabi Musa AS berpuasa selama 40 hari 40 malam dalam persiapan menerima wahyu dari Allah di Bukit Sinai. Hal yang sama juga dilakukan oleh Nabi Ilyas ketika akan pergi ke Gunung Horeb untuk menerima wahyu dari Allah. Sedangkan, Nabi Isa mulai berpuasa ketika mulai tampil di muka umum untuk menyatakan dirinya sebagai rasul.
Nabi Daud AS biasa berpuasa secara berselang, sehari berpuasa dan sehari tidak berpuasa. Dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa Nabi Daud berpuasa selama tujuh hari pada waktu putranya sakit keras. Untuk memohon kesembuhan dari Allah bagi putranya itu, dia berpuasa sambil menutup diri dalam kamarnya, dan terus-menerus menangis karena sedih. Pada hari ketujuh dari puasanya itu, putranya meninggal dunia. Setelah mengetahui itu, dia tidak meneruskan puasanya lagi.
Puasa Bulan Ramadhan Penghulunya Shiyam
Kenapa bulan suci Ramadhan merupakan bulan penghulu nya berpuasa ?, karena saat kita menjalankan ibadaha puasa dibulan lain yang merupakan ibadah puasa sunah, dan kita meninggalkan puasa dibulan Ramadhan, maka puasa tersebut tidak memiliki keutamaan, tak sebanding Puasa Ramadhan.
Berpuasa pada bulan agung Ramadhan ini, adalah kewajiban bagi setiap orang beriman, karena puasa meruppakan cara meningkatkan ketaqqwaan orang berimana kepada Alllah. Hal itu sesuai dengan firman Allah :
“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (QS Al-Baqarah : 183)
Selain itu dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huraira ra., Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam, bersabda : “Apabila bulan Ramadhan telah datang, semua pintu syurga dibuka, semua pintu neraka ditutup, dan semua syaithan dibelenggu” (3:122- Shaih Muslim)
Selamat menyambut dan melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadhan, semoga kita semua akan dimudahkan dalam melaksanakan serangkaian berbagai ibadah yang memiliki keutamaan, tentu berharapa ampunan dan ketaqwaan serta Ridho Nya. Aamiin !