Jakarta, MEDGO.ID –– Sebanyak tiga ribu ton beras dari vietnam sisa impor beras tahun 2018 menumpuk di gudang bulog Banyuwangi. Beras ini belum dibagi ke sejumlah wilayah seperti Bali, NTT, dan NTB. Karena masih menunggu instruksi dari pemerintah pusat. Di daerah Banyuwangi sendiri beras melimpah sebanyak tujuh belas ribu ton. Disisi lain Menteri Perdagangan menuai banyak kritikan dari banyak pihak. Hal tersebut terkait dengan kebijakan impor beras pada tahun 2021.
Kebijakan Impor Beras, Benar Atau Salah? Berikut Beberapa Pendapat Terkait Hal Tersebut
Keputusan mengimpor beras sudah dihitung dengan matang. Opsi impor diambil untuk memenuhi cadangan stok beras bulog.
Namun karena perbedaan data dan perhitungan, pemerintah sendiri nampak kurang setuju terkait hal tersebut. Bagaimanapun impor hanya akan merugikan para petani yang semakin menderita.
Banyak pro kontra terkait impor beras ini. Banyak yang menganggap impor ini bermanfaat untuk para petani. Tetapi ada juga menganggap ini semua bukan hal yang wajar dan justru merugikan petani.
Ansy Lema Kurang Setuju Apabila Impor Beras Dilakukan
Menurut Ansy Lema yaitu sebagai anggota komisi IV DPR RI FPDIP. Menyatakan bahwa dasar pembuat kebijakan impor beras seharusnya menggunakan kajian data yang valid dan akurat. Selain itu, seharusnya mengetahui akan berdampak kepada siapa kebijakan tersebut.
Kementerian Pertanian yang jelas mengatur mengenai pangan, produk, dan komoditas pertanian. Sudah menjelaskan perkiraan ketersediaan beras pada tahun 2021 sebesar 24,91 juta ton. Sedangkan, prediksi kebutuhan beras bulan Januari hingga Mei yaitu 12,565 juta ton.
Nah berdasarkan hal tersebut, menimbulkan pertanyaan baru. Mengapa berencana membuat kebijakan tersebut? Padahal data dari kementerian pertanian sendiri menunjukkan bahwa persediaan beras aman.
Menteri Perdagangan Ngotot Ingin Impor Beras, Mengapa?
Sedangkan menurut Menteri Perdagangan, Muhammad Luthfi menegaskan bahwa tidak akan mengimpor beras saat panen raya. Hal ini bertujuan agar harga beras petani tidak anjlok.
Muhammad Luthfi juga menyatakan bahwa bulog tidak dapat membeli hasil panen petani karena bulog memiliki standar kering untuk gabah. Karena kadar airnya terlalu tinggi saat musim hujan.
Menteri Perdagangan tersebut juga menjelaskan bahwa bulog juga memiliki standar seberapa kering gabah untuk cadangan penyimpanan. Sedangkan, hasil panen dari petani sendiri gabah tersebut memiliki kadar air tinggi. Selain itu, petani dalam negeri juga tidak memiliki alat pengering gabah.
Oleh sebab itu Menteri Perdagangan berencana melakukan kebijakan impor beras. Agar mempersiapkan cadangan untuk suplai pangan.