Cuaca Ekstrim, Nelayan Rinuak Menjerit


Agam, (MEDGO.ID) – Aneka ragam Sumber Daya Alam di bumi, dapat dimanfaatkan oleh manusia, Mulai dari yang berada di darat maupun di laut.

Di daerah Maninjau, Matur, Lubukbasung, Bukittinggi, terdapat beberapa olahan Sumber Daya Alam yang dijadikan makanan tradisional yang masih berkembang hingga sekarang. Salah satunya olahan ikan rinuak, rinuak adalah sejenis ikan kecil dan mungil khas Danau Maninjau, yang saat ini populasi rinuak hanya ditemukan di perairan Danau Maninjau.

Rinuak biasa juga ditangkap oleh nelayan Danau Maninjau untuk dikonsumsi, dijadikan aneka penganan dan juga dijual ke pasar-pasar tradisional.

Olahan ikan mungil yang kaya protein ini, sangat gurih dan cocok dikonsumsi oleh semua kalangan. Bagi masyarakat sekitar, Rinuak biasa di olah menjadi berbagai macam makanan dan oleh-oleh khas danau maninjau, seperti; Aneka Keripik Rinuak, Pergedel Rinuak, Palai Rinuak dan lain lain.

Secara bentuk maupun ukuran fisik, rinuak bertubuh kecil dan mungil. Untuk ukuran rinuak dewasa, panjangnya tidak lebih dari 3 cm saja. Adapun ciri dari warna badan rinuak pucat kekuning-kuningan dan terlihat transparan. Apabila di rebus atau dikukus, warna rinuak akan berubah menjadi Putih.

BACA JUGA :  Pani Gold Project Terima Penghargaan Siddhakarya Dari Pemprov Gorontalo

Tekstur dagingnya lunak dan tidak berserat. Rinuak diklasifikasikan ke dalam kelas Pisces; ordo Osphroneformes; famili Osphronemidae; genus Psilopsis dan spesies Psilopsis sp (Azwir 2010).

Rahmad Firdaus selaku warga Linggai, Jorong Tanjung Batuang, Nagari Duo Koto, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat mengatakan, “sekarang ini kualitas air Danau Maninjau sedang jelek dan tidak bagus, hal ini disebabkan tiupan angin yang kencang, sehingga Sedimen yang ada di dasar Danau naik kepermukaan dan menyebabkan air jadi keruh”.

BACA JUGA :  Bersama Kodim 1313/Pohuwato, Pani Gold Project Laksanakan Karya Bakti TNI AD

“cuaca menjadi salah satu penyebab langkanya Rinuak saat sekarang ini, biasanya Nelayan mendapatkan tangkapan “rinuak” per harinya berkisar 10 sampai 20 kg dalam, sejak air rusak ini, hasil tangkapan nelayan menurun drastis, taklebih dari 3 ons”. Lanjutnya.

Hal ini juga dibenarkan oleh “Yasni dan Upik” warga Linggai yang tinggal di pinggir danau Maninjau, yang sekaligus memiliki pekerjaan sebagai Nelayan Rinuak.

BACA JUGA :  Malam Pembukaan UMKM Fest 2024: Dorongan Baru bagi Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo

“pendapatan kami sekarang drastis menurun, walaupun harga per kilogram Rinuak saat sekarang ini mahal, tapi hasil tangkapan kami sangat turun drastis” Ujar Upiak.

Biasanya saya bisa mendapatkan 15 kg lebih dalam sehari penangkapan, sekarang rata rata hasil tangkapan hanya seperempat kilo gram saja. Untuk itu kami harus putar kepala dalam berusaha untuk menutupi kebutuhan sehari hari, karena sebagian pemasukan kami berasal dari penangkapan Rinuak ini. Semoga kedepannya ada solusi terbaik, tutupnya. (HF)

Editor:Surya Hadinata