Kabgor, MEDGO.ID – Koalisi Pemerintah Daerah Penghasil Kelapa (Kopek) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II di Ruang Madani, Kantor Bupati Gorontalo, Jumat (22/9/2023). Rakernas Kopek II yang merupakan bagian dari kegiatan World Coconut Day (WCD) bertujuan untuk menyusun program kerja dua tahun ke depan, merumuskan regulasi dan kebijakan, serta melahirkan road map pengembangan kelapa di Indonesia.
“Indonesia sebelumnya adalah negara penghasil kelapa nomor satu di dunia dengan lahan seluas 3,7 juta hektar. Namun sekarang turun menjadi rangking kedua setelah Filipina, dengan lahan yang ada tinggal 3,3 juta hektar. Melalui Rakernas ini kita akan merumuskan berbagai regulasi dan kebijakan untuk mengembalikan kejayaan kelapa Indonesia,” kata Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo, yang juga sebagai Ketua Kopek dalam sambutannya pada kegiatan itu.
Nelson mengungkapkan, saat ini ada kurang lebih enam juta petani yang bergerak di sektor perkebunan kelapa. Dari jumlah tersebut, kepemilikan kelapa 80 persen adalah petani. Menurutnya hal ini menjadi potensi besar untuk pengembangan kelapa di Indonesia.
“Kalau ingin membangun rakyat maka perhatikan kelapa. Selama 10 tahun terakhir kelapa ini telah dilupakan, padahal ini adalah salah satu komoditas unggulan Indonesia,” ujar Nelson.
Sementara itu Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Koperasi dan UKM, Rulli Nuryanto, dalam sambutannya menuturkan data produksi kelapa Indonesia tahun 2022 berdasarkan data BPS yang mencapai 2,87 juta ton. Lima provinsi penghasil kelapa terbesar yaitu Riau, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Maluku Utara, dan Sulawesi Tengah.
“Untuk produksi kelapa Gorontalo sebesar 2,38 persen dari produksi nasional. Angka ini harus bisa memberi semangat bagi kita semua agar terus menerus meningkatkan produk kelapa dan olahannya,” imbuhnya.
Rulli menambahkan, Kemkopukm mendorong agar ekosistem industri kelapa bisa terintegrasi dari hulu ke hilir. Salah satu strateginya yaitu dengan meningkatkan daya saing dan ekspor kelapa melalui peran koperasi. Koperasi yang bergerak di bidang pertanian saat ini termasuk di sektor kelapa sebanyak 4.150 koperasi, sedangkan yang bergerak di sektor kopra sejumlah 35 koperasi.
”Koperasi bisa berperan untuk mengkonsolidasikan potensi para petani, menghubungkan akses pembiayaan, mengadopsi penggunaan teknologi, serta menjadi agregator dalam memasarkan produk kelapa,” tutur Rulli.