KENDAL, MEDGO.ID – Digelarnya Program Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dari tanggal 3 hingga 20 Juli 2021 mendatang, telah berimbas pada gerak ekonomi masyarakat.
Tak terkecuali bagi para pedagang yang berjualan di rest area jalan tol, khususnya di rest area KM.389 Semarang – Batang.
BR, demikian panggilan dari salah seorang pedagang di rest area KM.389, mengatakan bahwa setelah diberlakukannya PPKM Darurat, lapak dagangannya sepi dari pengunjung, Selasa (6/7/2021).
“Meja dan kursi di lapak saya, diambil oleh petugas Jasa Marga dan ditumpuk jadi satu. Ada orang yang datang mau jajan di tempat saya tapi tidak jadi, karena tidak ada tempat duduknya”, keluh BR.
Masih kata BR, petugas Jasa Marga itu memerintahkan agar tidak istirahat dan makan minum di tempat, makanan dan minumannya supaya dibungkus dan di bawa ke mobil saja.
“Kalau para pengguna jalan tol itu tidak boleh berhenti dan beristirahat di rest area dimana saya berjualan, terus siapa yang mau membeli dagangan saya”, kata BR, dengan nada tanya.
BR mengharapkan kepada Bupati Kendal, bisa memberikan sedikit kelonggaran atau kebijakan bagi para pedagang yang ada di rest area KM.389.
Sementara itu, pemberlakuan PPKM di Kabupaten Kendal, dampak negatifnya sangat dirasakan oleh para pedagang, baik pedagang yang ada di Pasar Sukorejo
Sebagaimana yang dituturkan oleh HR Mastur, salah seorang pengusaha yang terkenal di Sukorejo.
Mastur mengatakan bahwa dalam beberapa hari ini para pedagang di Pasar Sukorejo banyak yang mengeluh, karena dagangan mereka sangat sedikit pembelinya.
Bagi pedagang kuliner, lanjut Mastur, dilarang menggunakan kursi dan meja makannya, karenanya para pembeli banyak yang enggan datang.
“Kalau hal ini terus berlangsung, secara perlahan mereka pasti bangkrut, padahal mereka juga harus membayar para karyawannya”, ungkap Mastur, Selasa (6/7/2021).
Menurut Mastur, keadaan tersebut tidak hanya dirasakan oleh pedagang kecil saja, para pedagang menengah dan besar pun ikut merasakan dampaknya
“Sekarang orang yang datang ke Bank juga dibatasi hanya 30 orang per hari. Terus bagaimana mau berjalan dan sehat bisnis kita ini. Transaksi perbankan hanya melalui ATM. Kalau nasabah domisilinya dekat tidak ada masalah. Tapi kalau yang datang dari jauh, dan mereka harus datang lagi keesokan harinya, ini kan jadi biaya tinggi, lagi pula menghabiskan waktu”, tandas Mastur. (*).