Menyongsong 100 Tahun Indonesia :Revitalisasi Peran Strategis HMI Untuk Indonesia Adil, Makmur  & Beradab

Oleh : Affandi Ismail

(Ketua Umum PB HMI MPO )

DALAM sambutan kali ini, saya akan melontarkan satu pertanyaan yang sama dengan apa yang diucapkan oleh Stephen Hawking tatkala dia menjadi pembicara di California Institute of Technology (Caltech) beberapa tahun yang lalu. “Mengapa kita ada di sini?”. Saya kira ini menjadi satu pertanyaan yang penting, satu pertanyaan yang lahir ditengah kita masih sedang mencari solusi terkait bagaimana merawat kebhinekaan, merengkuh kemajuan peradaban, hingga menuntaskan kemiskinan dan tentunya mengatasi konflik agama yang merusak hubungan antar sesama anak bangsa dan merusak perdamaian bangsa.

Tepat saat ini, kita telah tiba pada hari di manausia Himpunan kita ini sudah tidak lagi muda, tidak lagi sekedar romantika dan intrinsik remaja, tapi telah penuh dengan lika-liku luka kehidupan. Ya, sejak keberdiriannya, dengan usia 75 tahun, HMI telah bergerilya dan berjuang tanp apamrih demi memperjuangkan keislaman, kebangsaan dan keindonesiaan. Toh, itulah HMI organisasi kemahasiswaan yang rela menempuh jalan derita demi menuju ridha-Nya.

Adapun mengulik tema yang dicanangkan oleh organisasi tercinta kita ini.sejatinya kalimat “Terbinanya mahasiswa Islam menjadi insanUlil Albab yang turut bertanggungjawab atas terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhoi Allah SWT”,  bukanlah narasi tanpa makna. Kalimat tersebut merupakan tujuan mulia dari organisasi kita ini, tujuan yang kemudian menjadi impian ini pun di-derivasikan kedalam sebuah sistem yang kita anut, yakni skema model perkaderan, hingga kemudian skema model perkaderan tersebut menuntun kita kepad aobjek dari upaya-upaya dan garis-garis perjuangan HMI, yaitu Masyarakat Indonesia.

Menilik fenomena dewasa beberapa tahun belakang ini, Pemerintah telah meluncurkan Visi Indonesia 2045 dalam acara Musyawarah Perencanaandan Pembangunan Nasional (Musrembangnas) 2019. Dalam dokumen ini, Indonesia dinilai akan mencapai sejumlah sasaran di bidang ekonomi, teknologi, sosial  dan budaya tepat saat 100 tahun Indonesia merdeka. Di 2045, Indonesia akan menghadapi 10 perubahan besar di tingkat global di mana jumlahpenduduk dunia diperkirakan akan mencapai 10 miliar jiwa. Di tahun yang sama, diperkirakan 71 persen dari total output dunia dikontribusi oleh negara berkembang, dengan Asia menyumbang sebesar 54 persen. Dalam visi tersebut, Indonesia akan keluar dari perangkap pendapatan menengah (middle income trap) menjadi negara dengan pendapatan tinggi pada 2036. Selanjutnya, Indonesia akan menjadi negara maju dengan kekuatan ekonomi ke-5  terbesar di duniapada 2045.

HimpunanMahasiswa Islam (HMI) bagai tidak pernah lepas dari perhatian, memasuki era baru supremasi teknologi yang penu hkebebasan arus globalisasi, HMI dituntut senantiasa berperan untuk melahirkan kader-kader yang berfungsi sebagai pemimpin umat dan pemimpin bangsa.Kondisi ini mengharuskan HMI memiliki kualifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat terutama mahasiswa pada umumnya.

Cerminan dari kualifikasi tersebut harus diaktualisasikan dalam ide-ide dan perjuangan HMI. Perkaderan sebagai sebuah sistem yang rigid dan taktis tentu haruslah menjadi syarat berikutnya, di mana kader HMI harus siap menyelesaikan beragam problematika kebangsaan dan keumatan yang sejatinya berpilarkan nilai-nilai Islam dengan mengintegrasikan perbedaan budaya dan keyakinan yang ada di masyarakat.

Pada kesempatan milad HMI kali ini, sejatinya bukan hanya dimaknai sebagai harapan bagi bangsa Indonesia, akan tetapi sebagai harapan besar momentum peringatan milad HMI ke-75  ini hendaknya benar-benar dijadikan kilas balik dengan prestasi yang telah dilakukan oleh para tokoh besar direpublik ini.Lewat kesempatan milad HMI ke-75 ini mari bersama-sama kita jadikan wadah refleksi bahwa sepatutnya sebagai kader HMI haruslah melakukan transformasi nilai perjuangan  dan peradaban bangsa yang lebih maju sebagai mana tema milad HMI ke-75, Menyongsong 100 TahunIndonesia :Revitalisasi Peran Strategis HMI Untuk Indonesia Adil, Makmur & Beradab.

Sebagai salah satu jalan untuk menuju tangga Indonesia Emas 2045 tersebut semestinya HMI mencetuskangagasan-gagasan besar yang berorientasi pada dimensi kemahasiswaan, ke-Islaman dan ke-Indonesian. Dunia perguruan tinggi sebagai penempaan ilmu pengetahuan dan intelektualitas juga harus difungsikan sebagai laboratorium sosial untuk mengawal pemikiran-pemikiran produktif bagi pembangunan SDM yang berkualitas. Secara kelembagaan, konsepsi pembinaan dan pengembangan program di masing masing bidang, pada setiap tingkatan institusi HMI mulai tingkatan komisariat sampai tingkat PB, saya yakin sudah mengakomodasi kebutuhan kader dar iisu-isu lokal dan nasional yang berorientasi pada konsistensi peningkatan SDM yang unggul untuk kader masa depan.

Olehkarenaitu, design tersebut harus berbanding lurus dengan motivasi kader untuk terus menempa diri melalui ilmu pengetahuan dalam konteks kemahasiswaan. George Fuller mengetengah kan bahwa dinamika suatu organisasi akan menyajikan beban kerja dan ekspektasi harapan yang terus bertambah, menghadapinya perlu sekiranya bagi kita untuk melakukan adaptasi dengan perubahan. Daya efektivitas dalam mengatasi rupa permasalahan ini menentukan keberhasilan penanganan atau justru kegagalan yang semakin parah.

Oleh karena itu masalah ini perlu dikaji secara komprehensif dengan tidak dibarengi pikiran tendensius dan terburu-buru apalagi dibarengi dengan beliungemosi yang destruktif namun juga tidak dieksekusi dengan lamban.

HMI sebagai sebuah organisasi simfoni penggerak peradaban bangsa tentunya harus bersikap dewasa dalam menerima kenyataan bahwa sampai saat ini HMI masih perlu berbenah dalam menghadapi tuntutan zaman di era kebebasan globalisasi saatini. Pertama, sebagai sebuah organisasi HMI patut untuk tidak bersikap nyaman terhadap keadaan, organisasi yang merasa sangat nyaman selalu berasumsi bahwa tidak ada pembaharuan yang sepatutnya untuk dilakukan sehingga organisasit erjebak dalam management inertia yakni suatu kondisi dimana ia gagal merasakan adanya kebutuhan untuk berubah yang akhirnya tidak dapatmenyesuaikan diri dengan keadaan saat ini. Selanjutnya perlunya organisasi meningkatkan pola pikir inovatif maupun kompetensi keilmuan anggota-anggotanya yang kemudian dapat memberikan suatu respon yang kompetitif juga relevan terhadap kemajuan pada era supremasi teknologi kedepan guna Menyongsong 100 Tahun Indonesia dengan kondisi masyarakat yang dipenuhinilai-nilai keadilan, dan kemakmuran yang diselimuti keberadaban sosial bermasyarakat.

Terakhir, jikalau kita berupaya untuk menjawab kembali pertanyaan yang telahsaya lontarkan di awal sambutan tadi, “mengapa kita ada disini?”saya kira jawabannya ialah untuk merapikan kembali barisan, mengokohkan kembali cita demi 100 Tahun Indonesia yang lebihAdil, Makmur&Beradab.[]