Hingga kini ketegangan dua negara Adidaya Rusia dan Amerika serikat (AS) masih berlangsung. Namun tak demikian di station luar angkasa. itulah yang dirasakan oleh Mark, astronot kewarganegaraan Amerika, yang balik ke bumi tanpa masalah, dengan menumpangi kapsul Rusia.
Astronaut asal Amerika Serikat (AS) Mark Vande Hei sudah hampir satu tahun berada di luar angkasa. Kini ia mengakhiri tugas dengan cara tersulit, yaitu mengendarai kapsul Rusia untuk kembali ke Bumi, di tengah ketegangan yang semakin dalam di antara kedua negara.
Badan Antariksa AS (NASA) telah menegaskan bahwa rencana kembalinya Vande Hei pada akhir bulan ini tetap tidak akan berubah, meskipun invasi Rusia ke Ukraina telah membuat penangguhan peluncuran, pembatalan kontrak dan meningkatnya perang kata-kata yang dilontarkan oleh pemimpin garis keras Badan Antariksa Rusia Dmitry Rogozin.
Banyak pihak yang khawatir bahwa Rogozin dapat menimbulkan risiko terhadap kemitraan damai di luar planet Bumi – terutama di Stasiun Luar Angkasa Internasional – yang telah berjalan selama beberapa dekade.
Vande Hei, yang pada Selasa (15/3) memecahkan rekor penerbangan luar angkasa tunggal Amerika selama 340 hari, akan berangkat dengan dua astronaut Rusia dengan menggunakan kapsul Soyuz. Ia akan mendarat di Kazakhstan pada 30 Maret. Saat itu astronaut tersebut akan mencatat rekor berada selama 355 hari di luar angkasa, memecahkan rekor baru untuk Amerika. Rekor dunia berada di luar angkasa selama 438 hari secara terus menerus masih dipegang oleh Rusia.
Pensiunan astronaut NASA Scott Kelly, yang hingga Selasa (15/3) masih memegang rekor Amerika, termasuk di antara mereka yang berdebat dengan Rogozin, yang merupakan sekutu lama Presiden Vladimir Putin. Marah dengan apa yang terjadi di Ukraina, Kelly telah mengembalikan medali yang diterimanya dari pemerintah Rusia untuk eksplorasi ruang angkasa ke Kedutaan Besar Rusia di Washington DC.
Terlepas dari konflik berdarah di sana, Kelly percaya kedua belah pihak “dapat bersatu” di luar angkasa. “Kita membutuhkan contoh bahwa dua negara yang secara historis tidak bersahabat, masih dapat bekerja di suatu tempat dengan damai. Dan tempat itu adalah Stasiun Luar Angkasa Internasional. Itu sebabnya kami harus berjuang untuk mempertahankannya,” ujar Kelly pada Associated Press.
NASA ingin mempertahankan stasiun luar angkasa itu hingga tahun 2030, seperti halnya badan antariksa Eropa, Jepang, dan Kanada. Sementara Rusia tidak berkomitmen melampaui tanggal akhir awal tahun 2024 atau lebih.
Amerika dan Rusia adalah operator utama pos orbit terluar itu, yang diawaki secara permanen selama 21 tahun. Warga Amerika secara teratur menumpang kapsul Soyuz Rusia yang bernilai puluhan juta dolar per kursi, hingga SpaceX mulai meluncurkan astronaut pada tahun 2020.
Badan antariksa Amerika dan Rusia masih mengerjakan sistem barter jangka panjang di mana seorang warga Rusia akan meluncur dengan kapsul SpaceX mulai musim gugur ini, sementara seorang warga Amerika akan terbang dengan Soyuz. Hal ini akan membantu memastikan kehadiran stasiun antariksa Amerika dan Rusia setiap saat.
Vande Hei, 55, adalah seorang pensiunan kolonel Angkatan Darat. Ia pindah meluncur ke luar angkasa pada April 2021 lalu dengan Soyuz dari Kazakhstan bersama Pyotr Dubrov dan seorang warga Rusia lainnya. Ia dan Dubrov tinggal dua kali lebih lama dari biasanya untuk mengakomodasi kru film Rusia yang berkunjung ke sana pada Oktober lalu.
Ketika situasi di tempat dengan jarak 260 mil di bawah stasiun antariksa itu memanas bulan lalu, Vande Hei mengakui ia menghindari pembicaraan tentang Ukraina dengan Dubrov dan Anton Shkaplerov, komandan mereka yang juga warga Rusia. Tiga orang warga Rusia lainnya akan terbang dari Kazakhstan pada Jumat (18/3) ini untuk menggantikan mereka. [em/lt/voaindonesia]