Budapest, MEDGO.ID – Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, Indonesia sangat membutuhkan air bersih yang ramah lingkungan.
“Dunia sedang mengalami climate change. Sumber-sumber air makin terbatas dan menjadi rebutan, menjadi komoditas yang mahal, dan juga menimbulkan konflik untuk memperebutkan air. Butuh solusi menyeluruh dengan memanfaatkan air laut sebagai sumber air yang berkelanjutan,” katanya, Sabtu, 27 April 2024.
Sehari sebelumnya, Jumat, Gobel kembali menemui direksi Hidro Filt di Budapest, Hungaria. Ia diterima CEO Hidro Filt, Krisztina Borsos, Direktur International Business Development, Adrian Kiss, dan sejumlah direktur lainnya. Sedangkan Gobel didampingi Staf Khusus Bidang Luar Negeri, Imam Asy’ari dan Wakil CEO Panasonic Manufacturing Indonesia, Daniel Suhardiman. Dubes Indonesia untuk Hungaria Dimas Wahab juga mendampingi Gobel.
Pertemuan ini merupakan yang kedua kalinya untuk membahas aspek teknis kerja sama pengolahan air. Hidro Filt memiliki teknologi pengolah air limbah, air sungai, air tanah, dan air laut untuk menjadi air bersih maupun air untuk irigasi.
“Kelebihan teknologi yang dimiliki Hidro Filt adalah ramah lingkungan karena tanpa melalui proses kimia, tak menghasilkan limbah buangan, dan juga menggunakan energi matahari. Selain itu harganya terjangkau,” katanya.
Gobel memberikan perhatian khusus pada pengolahan air laut untuk menjadi air untuk kebutuhan sehari-hari serta pengolahan air limbah industri dan limbah pertambangan untuk menjadi air bersih .
“Di tengah climate change dan keterbatasan sumberdaya air, saat ini dunia sedang dihadapkan pada konflik perebutan sumberdaya air. Air mata air, air bawah tanah, dan air tanah kini dikesploitasi besar-besaran untuk kebutuhan air minum maupun air untuk kebutuhan rumah tangga lainnya. Hal ini berdampak pada terkurasnya air oleh pemodal besar sehingga masyarakat desa dan masyarakat miskin mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Petani juga makin sulit untuk mendapatkan air untuk irigasi karena banyak mata air kini dikuasai pemodal untuk menjadi air kemasan. Hal ini berdampak pada meningkatnya belanja rumah tangga untuk kebutuhan air dan juga berdampak terhadap keseimbangan lingkungan. Pertanian juga terganggu. Padahal ada sumber air yang berlimpah, yaitu air laut. Jadi negara harus memikirkan solusi terbaik untuk menolong masyarakat dan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup,” katanya.
Gobel mengatakan, teknologi Hidro Filt ini juga sudah maju. Selain bisa menyaring kandungan mineral dan bakteri yang berbahaya bagi tubuh, juga bisa langsung diminum. “Jadi ini sangat advance. Ini juga bagian dari upaya mengatasi stunting, pentakit kulit, dan kebutuhan kesehatan lainnya,” katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan sehingga banyak pulau-pulau kecil dan daerah-daerah terpencil (remote area) yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih karena sumber air yang terbatas maupun infrastruktur penyediaan air yang belum ada. “Jadi teknologi pengolah air ini sangat solutif untuk kondisi Indonesia,” katanya.
Hal yang juga mendapat perhatian Gobel adalah tentang infrastruktur energi maupun kemasan teknologinya. Teknologi pengolah air, kata Gobel, membutuhkan energi untuk menggerakkannya. “Ini kebutuhan energinya dipasok dari energi matahari. Jadi tak perlu jaringan listrik. Jadi cocok untuk daerah-daerah terpencil, terluar, dan terisolir,” katanya.
Selain itu, katanya, alat pengolah air ini dikemas dalam modul-modul yang compact sehingga mudah diset up dan dibawa ke mana pun. “Ini sangat memudahkan untuk mobilitasnya,” katanya, termasuk untuk menghadapi bencana.
Dari segi biaya, kata Gobel, juga lebih efisien dibandingkan dengan mengambil air dari mata air di pegunungan. “Tak perlu jaringan pipa yang lokasinya jauh di pedalaman dan pegunungan. Karena permukiman umumnya ada di pesisir dan dataran rendah. Teknologi ini juga cocok untuk diterapkan di kota-kota di Jawa yang makin kesulitan mendapatkan air bersih akibat kepadatan penduduk maupun akibat intrusi air laut,” katanya.
Gobel juga menerangkan teknologi ini cocok untuk diterapkan di Ibu Kota Nusantara di Kalimantan. “IKN dikonsep sebagai green city yang ramah lingkungan. Jadi sangat cocok,” katanya.
Gorontalo
Gobel juga berkepentingan membawa teknologi ini untuk diterapkan di Goronralo. Karena itu ia terus menggeber untuk segera menghadirkan teknologi pengolah air laut menjadi air untuk kebutuhan rumah tangga di Gorontalo.
“Ini kebutuhan mendesak karena banyak titik di Gorontalo yang kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Padahal ini sangat penting untuk kebutuhan sehari-hari. Ini bagian dari tanggung jawab saya sebagai wakil rakyat dan juga sebagai orang Gorontalo,” katanya.
Selain itu, Gobel juga menjelaskan bahwa alam Gorontalo dianugerahi topografi yang berbukit-bukit dan morfologi tanah yang berbatu-batu. Struktur permukaan tanah yang seperti itu, katanya, membuat sejumlah lokasi di Gorontalo sulit mendapatkan sumber-sumber air untuk kebutuhan rumah tangga maupun kesulitan untuk mendapatkan sumur bor karena tanahnya berlapis batu dan butuh sumur yang dalam. Saat ia berkampanye maupun berkeliling Gorontalo, ia sering mendapat pengaduan dari warga tentang kebutuhan air ini.
“Ada anak yang tak mau bersekolah lagi karena dibully kawan-kawannya karena badannya bau akibat jarang mandi. Juga pernah mendapati warga yang kesulitan memandikan jenazah karena tidak ada air. Saya memang sudah menyediakan mobil tanki air. Tapi ini bersifat adhoc. Kini sedang dicarikan solusi yang lebih permanen dengan mengolah air laut untuk menjadi air bersih,” katanya.
(*)