Film dokumenter Dirty Vote tembus 6 juta penonton dalam sehari, sejak ditanyangkan oleh Chanel Dirtyy Vote dan PSHK, yang mengangkat kecuranga Pemilu 2024, yang tersusun rapih, mulai dari perekrutan peyelenggara Pemilu 2024, mulai dari Pansel (panitia seleksi) Bawaslu dan KPU, sudah direncanakan, untuk memuluskan pencalonan Gibran Rakabumiraka sebagai Calon wakil Presiden 2024.
Film ini merupakan garapaan 4 pakar hukum tata negara, menyajikan fakta mengerikan, bahwa kecurangan Pemilu 2024 telah dimulai jauh-jauh hari. Mereka itu adalah Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari.
Selain isi dan penuajiannya mengesankan, penayangan pada masa tenang, 11 Februari 2024, terbilang berani tak hanya menggarap, pemilihan waktunya bagus.
Puncak keculasan menodai demokrasi yang dilakukan oleh Presiden jokowi, secara langsung dan tidak langsung, sebenarnya menrupakan tanda kerakusan, dalam menggengkam kekuasaan 10 tahun.
Setingan dan intrik, dengan gaya seolah pro terhadap demokrasi, hanya kamuflase belaka, padahal dibalik wajah lugunya, Jokoowi, memiliki hasrat yang kuat ini melanggengkan kekuasaan nya.
Mahkamah Konstitusi yang diplesetkan sebagai mahkamah keluarga, tak bisa dilepaskan dari, intervensi Jokowi secara tidak langsung, melalui iparnya, tak lain paman Gibran Rakabumiraka, sebuah penghianatan terhadap amanat reformasi 1998.
Namun bukan Jokowi kalau tak mengelabui publik, untuk memuluskan nafsu berkuasannya. Presiden Soeharto yang berkuasa 30 tahun, tak ada dalam lembar sejarahnya, melanggengkan kekuasaan kepada anaknya. Yang ada hanya menjadikan anak Tutut Soeharti sebagai Menteri Sosial saat ia berkuasa. Itupun, diakhir masa pemerintahannya.
Pesan dalam Film Dirty Vote ini, semoga pemilih, yang akan menentukan masa depan kepemimpinan Indonesia, dapat memilih secara jernih. “Jika anda nonton film ini, saya punya pesan sederhana, tolong jadikan film ini sebagai landasan anda untuk melakukan penghukuman,” kata Zainal.(RM