GORONTALO, MEDGO.ID – Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel meminta para mahasiswa untuk lebih fokus pada peningkatan kualitas diri.
“Ijazah itu cuma selembar kertas, yang utama adalah kualitas diri. Jadi bagi mahasiswa dari universitas swasta tak perlu berkecil hati,” katanya di hadapan mahasiswa dan mahasiswi Politeknik Gorontalo (Poligon), Sabtu (18/11).
Gobel mengatakan, politeknik ini berdiri di masa mendikbud dijabat Wardiman Djojonegoro. Politeknik ini berada dalam naungan Yayasan Pengembangan Sumberdaya Manusia Gorontalo. Poligon sudah berusaha meningkatkan statusnya untuk menjadi politeknik negeri namun gagal. Kampus ini berdiri di atas tanah pemda dan hingga kini belum dilepas menjadi milik yayasan. Inilah yang membuat politeknik ini gagal menjadi negeri. Karena itu mereka meminta bantuan Rachmat Gobel untuk membantu politeknik ini menjadi lebih maju.
“Ijazah dari politeknik negeri atau swasta itu sama saja, yang penting kualitasnya. Yang menentukan bukan selembar ijazah, tapi diri kita sendiri. Apa karya kita, apa kontribusi kita,” katanya.
Pada kesempatan itu Gobel bercerita ketika ia diterima di Universitas Chuo, Jepang. “Saya satu-satunya mahasiswa asing yang diterima yang belum paham huruf kanji. Ada 70 orang asing, dan yang ke-71 adalah saya,” katanya.
Namun pada peringatan Universitas Chuo yang ke-120, katanya, justru ia adalah orang asing pertama yang mendapat gelar doktor honoris causa.
“Saya berkali-kali menolak. Namun setelah satu tahun dilobi, akhirnya saya terima. Mereka memberikan gelar doktor honoris causa satu kali dalam 10 tahun. Sehingga pada peringatan ke-120 itu saya adalah orang yang ke-12. Tak setiap saat mereka memberikan gelar doctor kehormatan. Penilaiannya ketat,” katanya.
Gobel mengatakan, mahasiswa harus giat belajar dan mengasah keterampilan serta membangun karakter diri yang unggul.
“Disiplin dan kerja keras itu dibentuk dengan membiasakan diri. Saya dilatih ayah saya disiplin dan kerja keras sejak kecil. Saya mulai dengan mencuci kamar kecil, menyapu, dan mengepel pabrik,” katanya.
Karena itu, ia meminta kepada pihak politeknik untuk mendidik mahasiswanya bukan hanya dari sisi pengetahuan dan keterampilan, tapi juga karakter dan kepribadiannya.
“Didik mereka dengan disiplin dan kebersihan. Mulai dari yang sederhana dan yang kelihatannya kecil tapi sebetulnya sangat penting,” katanya.
Lebih lanjut Gobel menerangkan, sebelum seseorang diajarkan untuk bisa membuat barang maka harus dibangun dulu kualitas manusianya. “Karya yang berkualitas hanya lahir dari manusia yang berkualitas,” katanya.
Selain itu, katanya, keuntungan sebuah usaha apapun lahir dari hasil usaha karyawan terendah. “Pekerjaan di level bawah itulah yang melahirkan keuntungan yang optimal. Tak ada keuntungan tanpa diawali dari pekerjaan kecil,” katanya.
Satu hal lagi, katanya, besaran gaji tidak ditentukan dari mana ijazah seseorang tapi ditentukan oleh kualitas orang tersebut.
Karena itu, Gobel mengajak Politeknik Gorontalo untuk meningkatkan kualitasnya untuk menjadi perguruan tinggi papan atas.
“Politeknik ini sangat dibutuhkan bagi kemajuan Gorontalo. Saya sedang menginvestasikan dana Rp 1,4 triliun di Gorontalo. Ini investasi yang sangat besar dan akan membutuhkan dukungan tenaga kerja yang besar dan berkualitas. Jangan sampai orang luar Gorontalo yang menikmatinya. Jangan sampai orang lain yang menikmatinya. Saya melakukan ini untuk memajukan wilayah Gorontalo dan menyejahterakan masyarakat Gorontalo,” katanya.
Untuk mendukung kemajuan Poligon, Gobel memberikan beasiswa untuk 100 orang mahasiswa. Jika berhasil, maka tahap berikutnya akan ditambah menjadi untuk 150 orang mahasiswa. Sehingga pada suatu saat, katanya, tiap desa di Provinsi Gorontalo akan mendapat satu beasiswa untuk kuliah di Poligon. Beasiswa tersebut diserahkan oleh Mohammad Arif Gobel dan Rama Datau, yaitu anak laki-laki Gobel dan keponakan Gobel. “Beasiswa ini diambil dari uang mereka sendiri. Bukan dari saya,” katanya.
(*)