Oleh: Irwan Bempah (Pembina Kekraf Bonebol)
Di hari kebangkitan Nasional 20 Mei tahun 2023, Bone Bolango satu dari sembilan Kabupaten/Kota yang beroleh Anugerah penghargaan dari Kementerian PAREKRAF RI sebagai Kabupaten/Kota (KATA) Kreatif Indonesia. Prestasi membanggakan ini diperoleh melalui proses kolaborasi para pihak, yang di-dirigeni oleh pemerintah daerah Bone Bolango. Identitas kuat yang mengakar pada keunikan karakter itu menjadikan Bonebol berhasil membuktikan sebagai kota yang memajukan industri ekonomi Kreatif. Berdasarkan Penilaian Mandiri Kabupaten Kota Kreatif Indonesia (PMK3I) oleh juri independent. Dengan sub sektor unggulan fesyen karawo, diharapkan akan mampu menghela sub-sub sektor lain agar dapat berkembang. semisal sub sektor kuliner, kriya, seni pertunjukan, desain grafis, fotografi, kontent kreator dan lain-lain.
Sudah dapat di pastikan untuk meraih anugerah Kota Kreatif Indonesia, membutuhkan kerja-kerja ekstra pelibatan para pihak. Semisal bagaimana komitmen kepala daerah membangkitkan spirit entrepreneurship komunitas, merangsang insisiatif lokal agar berperan melahirkan ide kota kreatif. serta mengkonstruksi kelembagaan organisasi Komite Ekonomi Kreatif (KEKRAF), agar berfungsi sebagai wadah kolaborator bagi para pihak. Tentu itu semua bukanlah pekerjaan mudah. Karena bagi pemerintah daerah Bone Bolango, navigasi ekonomi kreatif harus selaras dengan tuntutan target kinerja mikro. misalnya industri kreatif harus berdampak terhadap penciptaan lapangan kerja dan penurunan angka kemiskinan.
Menggagas Ide Kreatif Memperkuat Identitas Keunikan
Ide membangun kota kreatif Bone Bolango tercetus sejak proses penciptaan logo branding di tahun 2015. Melalui seminar dan diskusi berulang, pelibatan para pihak digunakan dalam proses penggalian ide-gagasan. Puncaknya, lahirnya logo branding itu secara akademik diakui, dan secara filosofis dimaknai sebagai cerminan kekuatan yang lahir dari akar budaya dan potensi sumberdaya alam. Kala itu, keunikan dan ciri-khas daerah menjadi topik pertarungan ide kreatif dalam mensintesa sebuah identity. Adat istiadat, kopi pinogu, kawasan konservasi, atraksi wisata. Mampu diekstrak menjadi simbol semantik. Bahkan, nama pendek BON-BOL yang terdiri dari dua suku kata dan nyaris dipadankan dengan Bobol, Jebol dan Ambrol. Harus di ganti menjadi BO-NE-BOL yang terdiri dari tiga suku kata dan menghilangkan konotasi negative tadi. Kendati demikian, masih saja ada beberapa kalangan yang masih menggunakan BON-BOL.
Proses rekonstruksi ide kreatif yang kemudian melahirkan identitas baru itu, menegasikan dua hal. Pertama, sadar akan keterbatasan SDA, fiskal dan ruang kelola. Menjadikan kebijakan dan program pembangunan di Bonebol harus berbasis konservasi. Semisal pertanian organik, ekowisata dan pengembangan UMKM berbahan baku ekonomi sirkular. Kedua, bahwa keterbatasan itu harus dirubah menjadi peluang. Maka efisiensi budgeting diwujudkan dengan prinsip “belanja kecil berefek besar”. Prinsip tersebut tercermin dengan membangun ruang-ruang kreatif seperti amphitheater, matobonebol, benteng ulantha, taman taqwa, revitalisasi danau perintis, center point, diyakini bukan hanya sekedar bangunan landmark ikonik semata, namun juga bangunan yang berfungsi sebagai city branding berefek terhadap geliat ekonomi kota.
Menghimpun Kolaborasi Meraih Kota Kreatif
Bupati Hamim Pou disetiap pidatonya tak henti-henti selalu membangkitkan semangat entrepreneurship bagi kalangan generasi milenial dan Gen-Z. Betapa tidak, menjadi wirausahawan salah satu cara terbaik menurunkan angka pengangguran di daerah. Spirit inilah yang kemudian menjadikan organisasi Komite Ekonomi Kreatif Bonebol (KEKRAF) berperan sebagai kolaborator para pihak. Yaitu wadah tempat berkumpulnya akademisi, pelaku UKM-UMKM, pemerintah, jurnalis, masyarakat dan pegiat komunitas. Berdasarkan data direktori kota kreatif Indonesia, KEKRAF Bonebol telah berhasil menghimpun jejaring pelaku usaha kreatif sebanyak 658 orang.
Komitmen pimpinan daerah beserta seluruh jajarannya telah bersenyawa ke dalam KEKRAF. Hingga mampu berfungsi katalisator bagi kalangan yang populer dengan istilah ABCGM (Academic, Business, Community, Government and Media). Aksi kolaborasi ABCGM ini bukan hanya pada level merajut jejaring pelaku UKM-UMKM dan membangun ekosistem ekonomi melalui “gong” Semarak KaTa. Akan tetapi juga sebagai penggarap momentum penilaian mandiri kabupaten kota kreatif indonesia. Konon kabarnya, momentum ini dianggap fase paling menentukan nilai performance kota kreatif.
Ditengah perjalanan menuju kota kreatif. Entitas KEKRAF mendapat ujian berat ketika ABCGM harus memilih satu dari sekian banyak sub sektor unggulan daerah. Kolaborasi yang sejak awal tersusun kompak, nyaris retak gara-gara perbedaan kepentingan dalam memperjuangkan beragam sub sektor. Masing-masing pelaku usaha mengklaim sub sektornya paling unggul dan penting. Pelaku sub sektor kriya berargumen bahwa produk kriya lebih bercitarasa Bonebol ketimbang sub sektor lain. Sementara pelaku sub sektor kuliner merasa paling mayoritas dibanding yang lain. Bisa dibayangkan! Kalau terdapat Sembilan sub sector, maka perdebatan itu tak akan berkesudahan.
Sampai pada menit terakhir. Sub sektor Fesyen Karawo diyakini akan mampu menghela sub-sub sektor lainnya. Dengan kejernihan fikir dan kearifan sikap. Bupati Hamim Pou kembali larut bersenyawa men-dirigen keputusan kolektif. Menyudahi pertikaian argumentasi. “FESYEN KARAWO!!! Menjadi pilihan kita bersama” pungkasnya lantang.
Industri Kreatif Fesyen Karawo dan Tantangan Daerah
Produk karawo yang dihasilkan oleh industri kreatif memiliki karakter yang berbeda dan beragam. Karawo tidak bisa hanya diartikan sebagai barang pabrikan yang dapat di produksi masal. Sebab desainnya dihasilkan dari karya seni, produknya di sulam oleh tangan terampil. Oleh karena itu karawo disebut produk ekonomi kreatif lantaran memiliki nilai sosial dan budaya.
Dimensi nilai itulah yang menuntut hadirnya negara dalam perkembangan Industri kreatif. Kota kreatif dengan unggulan fesyen karawo sudah waktunya memiliki multiplayer efek terhadap perkembangan industri kreatif di daerah. Kondisi itu ditandai dengan antara lain, bertambahnya jumlah komunitas ekonomi kreatif. Bertumbuhnya produk ikutan (mix-product) yang ada di sub-sektor lain. Misalnya meningkatnya produksi kue karawo pada sub-sektor kuliner. Bertambahnya varian produk karawo selain busana. Hingga puncaknya dapat ditakar melalui kontribusi sektor terhadap produk domestik bruto.
Tantangan pemerintah daerah Bone Bolango dalam melaksanakan mandatori kota kreatif dapat di tinjau dari dua perspektif yakni: Pertama, Membangun Ekosistem Ekonomi Kreatif Bonebol. Ekosistem ekonomi fesyen karawo harus dipastikan beranggotakan pelaku usaha kecil mikro hingga pelaku usaha kecil menengah. Tujuannya agar terbentuknya komposisi rantai pasok yang menghubungkan B2B (buseniss to business), B2C (buseniss to consumen) agar saling menguntungkan satu sama lain. Ekosistem ekonomi yang terbangun itu, dipastikan telah memenuhi standart empat elemen utama dalam rantai nilai ekosistem ekonomi kreatif. yaitu riset dan pengembangan, sumberdaya manusia (SDM), karya/produk, serta pasar. Hasil riset menjelaskan produk karawo telah berkembang pesat. Namun fakta hari ini menunjukan bahwa produk sulaman karawo belum berkembang merambah hingga varian produk selain busana. Kedua, Menyusun Dokumen Strategi Daerah Tentang Potensi Industri Kreatif. Kondisi obyektif ekonomi kreatif di Bonebol mengindikasikan pentingnya menetapkan arah pengembangan fesyen karawo sebagai keinginan yang hendak dicapai di masa datang. Berbagai permasalahan yang menghambat pengembangan industri kreatif seperti lemahnya permodalan, pengetahuan dan kemampuan SDM, akan berpengaruh terhadap produktivitas dan nilai tambah. Oleh karena itu rencana strategi pengembangannya paling tidak menjadikan bonebol sebagai epicentrum industri fesyen di provinsi Gorontalo. Agar supaya Bonebol tidak hanya menjadi buffer zone ekonomi ibukota provinsi saja. Namun benar-benar memiliki potensi ekonomi kreatif yang harus selalu diupayakan untuk ditingkatkan baik dalam hal keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. SALAM KREATIF…