Oleh : goeslan l*
Tiga daerah di Provinsi Gorontalo yakni, Kabupaten Bone Bolango, Pohuwato, dan Kabupaten Gorontalo, saat ini tengah bersiap menyambut Pemilihan Kepala Daerah di tahun 2020 akan datang.
Dari ke tiga daerah tersebut, sejumlah kalangan menilai, hanya Pohuwato yang memiliki daya tarik dan pesonanya sendiri.
Salah satu hal menarik pertama ialah, Pilkada Pohuwato nanti sudah pasti tanpa petahana. Syarif Mbuinga (SM) yang telah dua periode beruntun menjadi Bupati Bumi Panua (Julukan Pohuwato), secara konstitusi, maka dirinya tidak lagi bisa berkontestasi.
Dua periode membuktikan kualitas seorang Syarif Mbuinga. Selain dicintai rakyat, Birokrasi yang dipimpinnya telah banyak menoreh prestasi mentereng dan cukup membawa perubahan. Meski dalam perjalanannya, sebagian kalangan menilai, hal itu tidak terlalu signifikan berdampak pada kepentingan masyarakat.
Lalu, siapakah Bupati setelah Syarif?
Setelah serangkaian tahapan Pilkada yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pohuwato dilaksanakan, publik dibuat tercengang dengan munculnya nama Saipul Mbuinga. Mendaftar lewat Partai Amanat Nasional (PAN), Saipul yang merupakan Aleg DPRD sekaligus Ketua DPC Gerindra Pohuwato, telah benar-benar menyatakan diri, siap ikut Pilkada.
Tak ayal, hal ini menuai reaksi beragam di masyarakat. Banyak diantara mereka yang mengeluk-elukan Saipul, namun tak sedikit juga berkomentar miring. Diantara ‘elukan’ tersebut ialah, Saipul dinilai miliki banyak kesamaan dengan Syarif yang tak lain adalah adik kandungya, ia dianggap pantas menjadi orang nomor 1 di Bumi Panua. Sosok sederhana, merangkul, dan mudah terterima di semua kalangan, menjadikan Saipul dipredikati ‘The Next SM’ (Syarif Mbuinga/Saipul Mbuinga).
Terlepas dari banyaknya masyarakat menginginkan Saipul menjadi Bupati, sejumlah tudingan miring pun tak luput dialamatkan pada Saipul. Sebahagian kalangan menilai, majunya Saipul Mbuinga adalah upaya untuk mengamankan jalan Syarif menuju kontestasi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur pada 2022 nanti. Selain itu, penilaian miring lainnya, dengan ikutnya Saipul di Pilkada, adalah sebuah upaya penyelamatan kepentingan Dinasti, yang tidak lain memiliki arti kelanjutan kekuasaan pemerintahan yang dipegang oleh satu garis keturunan (keluarga yang sama).
“Hari siang bukan karena ayam berkokok, akan tetapi ayam berkokok karena hari mulai siang. Begitu juga dengan pergerakan rakyat. Pergerakan rakyat timbul bukan karena pemimpin bersuara, tetapi pemimpin bersuara karena ada pergerakan,” Mohammad Hatta, Pejuang, negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia 1902-1980.
*) Wartawan