Bahasa dalam Era Digital: Kebutuhan Baru Generasi Z dalam Pemerolehan Bahasa

ATIQ AQIQOTUL HASANAH, SS., MA*


“Bahasa
dalam Era Digital: Kebutuhan Baru Generasi Z dalam Pemerolehan Bahasa
(Perspektif Psikolinguistik)”

Penggunaan teknologi digital telah mengubah lanskapkomunikasi manusia secara drastis. Generasi Z, yang merupakanmereka yang lahir antara pertengahan 1990-an dan awal 2000-an, tumbuh dalam era di mana teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupansehari-hari.

Dalam perspektif psikolinguistik, pemerolehan bahasa pada Generasi Z dapat dipahami melalui interaksi kompleks antarafaktor internal individu (seperti kognisi, persepsi, dan motivasi) dengan faktor eksternal (lingkungan sosial, penggunaanteknologi). Generasi Z memiliki kecenderungan untukmemperoleh bahasa dalam konteks yang berbeda dengangenerasi sebelumnya, di mana teknologi digital memainkanperan penting dalam memberikan stimulus bahasa.

Generasi Z tumbuh dalam era di mana teknologi digital telahmenjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Merekaterbiasa dengan penggunaan perangkat elektronik sepertismartphone, tablet, dan komputer, serta akses mudah ke internet.

Salah satu aspek penting dari pemerolehan bahasa pada GenerasiZ adalah penggunaan bahasa digital dalam komunikasi sehari-hari. Dalam hal komunikasi, Generasi Z cenderung lebihmemilih pesan singkat, emoji, dan bahasa gaul dalamberinteraksi dengan orang lain, terutama melalui platform media sosial.

Bahasa digital, seperti pesan singkat, emoji, dan bahasa gaul ini, cenderung lebih singkat, tidak formal, dan sarat dengan simbol-simbol non-verbal. Hal ini menciptakan kebutuhan baru bagiGenerasi Z untuk mengembangkan kemampuan dalammemahami dan menggunakan bahasa digital dengan tepat.

Bahasa digital yang digunakan oleh Generasi Z memilikikarakteristik tersendiri. Pesan singkat cenderung singkat dan langsung, sering kali tidak mengikuti aturan tata bahasa yang formal. Emoji digunakan untuk mengekspresikan emosi ataureaksi tanpa perlu menggunakan kata-kata. Bahasa gaul, sepertisingkatan atau frasa yang populer di kalangan remaja, juga sering digunakan untuk menunjukkan kekinian dan keakraban.

Salah satu contoh konkret dari penggunaan bahasa digital dalamkomunikasi sehari-hari Generasi Z adalah melalui pesan singkatatau chat di platform media sosial atau aplikasi pesan sepertiWhatsApp, LINE, atau Messenger. Dalam pesan singkat, Generasi Z cenderung menggunakan bahasa yang singkat dan langsung, seringkali tanpa mengikuti aturan tata bahasa yang formal. Contohnya, mereka mungkin menggunakan singkatanseperti “brb” (be right back), “lol” (laugh out loud), atau “gtg” (got to go) untuk menyampaikan pesan dengan cepat dan efisien.

Emoji juga menjadi bagian penting dari bahasa digital GenerasiZ. Mereka menggunakan emoji untuk mengekspresikan emosiatau reaksi secara visual, yang dapat membantu menyampaikanmakna pesan dengan lebih jelas dan ekspresif. Misalnya, merekamungkin menggunakan emoji api membara 🔥“: untukmenunjukkan sesuatu yang keren, menarik, atau membangkitkansemangat. Misalnya, dalam konteks komentar pada postinganmedia sosial tentang konser musik, penggunaan emoji ini dapatmenunjukkan bahwa penampilan musik tersebut sangat mengesankan. Emoji senyum 😊 untuk menunjukkankegembiraan atau emoji sedih 😢 untuk mengekspresikankesedihan.

Selain itu, bahasa gaul juga sering digunakan dalam komunikasidigital Generasi Z. Bahasa gaul ini seringkali terdiri dari frasaatau kata-kata yang populer di kalangan remaja dan mungkintidak dimengerti oleh orang dewasa atau generasi sebelumnya. Contohnya, mereka mungkin menggunakan kata “PAP (Post a Picture) untuk menggambarkan mengirim foto atauhealinguntuk menyatakan hiburan atauJamberuntuk mengungkapkanjam berapa. Singkatan “SMH” “shaking my head” yang artinyamenggelengkan kepala. Penggunaan singkatan ini seringkalimenunjukkan rasa kekecewaan atau ketidaksetujuan terhadapsuatu peristiwa atau pernyataan.

Dengan dominasi penggunaan bahasa digital dalam komunikasisehari-hari, Generasi Z perlu mengembangkan kemampuanuntuk memahami dan menggunakan bahasa digital dengan tepat. Mereka harus dapat memahami makna dari pesan singkat, emoji, dan bahasa gaul dalam konteks yang sesuai agar dapatberkomunikasi secara efektif dengan teman sebaya mereka.

Bahasa digital memiliki peran yang penting dalam kehidupansehari-hari Generasi Z. Dalam era di mana interaksi sosialseringkali dilakukan melalui platform digital, kemampuan untukmemahami dan menggunakan bahasa digital dengan baikmenurut opini saya menjadi keterampilan yang sangat diperlukan. Bahasa digital juga memungkinkan Generasi Z untuk terhubung dengan orang lain secara global, membukapeluang untuk pertukaran budaya dan ide yang lebih luas.

Namun, penggunaan bahasa digital juga menimbulkan beberapaisu yang perlu diperhatikan. Penggunaan bahasa digital yang terlalu sering dan tidak terkendali dapat menghambatperkembangan kemampuan komunikasi verbal yang lebihformal dan mendalam. Selain itu, bahasa digital seringkalimengandung makna tersirat yang kompleks, yang dapat sulitdipahami oleh mereka yang tidak terbiasa dengan kontekskomunikasi digital.

Dampak penggunaan bahasa digital ini pada pemerolehanbahasa Generasi Z sangat signifikan. Mereka menjadi lebihterampil dalam memahami dan menggunakan bahasa digital, tetapi mungkin mengalami kesulitan dalam menggunakanbahasa formal yang lebih kompleks. Kemampuan untukmenyampaikan pikiran secara jelas dan efektif dalam bahasatulis atau lisan dapat terpengaruh oleh dominasi bahasa digital dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Selain itu, penggunaan bahasa digital juga mempengaruhi caraGenerasi Z memahami makna dan konteks komunikasi. Pesansingkat dan emoji seringkali mengandung makna tersirat yang kompleks, yang memerlukan pemahaman yang kuat tentangkonteks komunikasi. Hal ini dapat memengaruhi kemampuanmereka dalam memahami makna yang lebih dalam saatkomunikasi verbal atau tulisan yang lebih formal.

Dengan adanya perubahan ini, pendidik dan orang tua perlumemperhatikan kebutuhan baru dalam pemerolehan bahasaGenerasi Z. Penting untuk memberikan pendidikan yang seimbang antara penggunaan bahasa digital dan pengembangankemampuan bahasa formal. Strategi pembelajaran yang mengintegrasikan penggunaan teknologi dalam pembelajaranbahasa, sambil tetap memperkuat kemampuan bahasa formal seperti tata bahasa, kosakata, dan keterampilan menulis, dapatmembantu Generasi Z mengembangkan kemampuan bahasayang lebih luas dan mendalam.

Selain itu, penting juga untuk membantu Generasi Z memahamipentingnya konteks dalam komunikasi. Hal ini dapat dilakukanmelalui diskusi dan latihan yang mengharuskan mereka untukmemahami makna dalam berbagai konteks komunikasi. Dengandemikian, Generasi Z dapat mengembangkan kemampuankomunikasi yang lebih baik dalam berbagai situasi, baik dalambahasa digital maupun bahasa formal.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan baru dalam pemerolehanbahasa Generasi Z, opini saya sebagai pendidik perlu kiranyamerancang strategi pembelajaran yang relevan dan efektif. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah memadukanpenggunaan teknologi dalam pembelajaran bahasa denganpenguatan kemampuan bahasa formal dan keterampilaninterpretasi makna.

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran bahasa dapatmencakup penggunaan platform digital untuk berlatihkemampuan berbicara dan menulis, serta penggunaan aplikasipembelajaran bahasa yang interaktif dan menarik. Namun, penting untuk tidak mengabaikan pembelajaran bahasa formal yang meliputi tata bahasa, kosakata, dan keterampilan menulisyang baik.

Selain itu, pendidik juga perlu memberikan perhatian khususpada pengembangan kemampuan interpretasi makna dalambahasa digital. Hal ini dapat dilakukan melalui pembelajaranyang berbasis kasus, diskusi kelompok, dan latihan interpretasimakna dalam konteks komunikasi digital yang nyata.

Dengan perubahan yang terus berlangsung dalam teknologi dan komunikasi, penting bagi pendidik untuk terus memperbaruistrategi pembelajaran mereka agar tetap relevan bagi GenerasiZ. Pembelajaran bahasa yang efektif harus mampumengakomodasi kebutuhan khusus generasi ini dalampemerolehan bahasa, sambil tetap memperkuat kemampuanbahasa formal yang esensial dalam kehidupan sehari-hari dan karier profesional mereka. Dengan demikian, pendidikan bahasadapat menjadi kunci untuk membantu Generasi Z memahamidan menghadapi tantangan komunikasi dalam era digital denganlebih baik.[]

 

*)  Mahasiswa S3 Linguistik Terapan Universitas negeri Gorontalo dan  Dosen Universitas Muhamadiyah Gorontalo.