Angin puting beliung yang merupakan bagian dari siklon tropis Surigae telah memporak porandakan Sulawesi Tengah.
Dari kejadian ini mengakibatkan sedikitnya 1 korban tewas dan beberapa bangunan rusak. Kerusakan juga terjadi pada sebuah gereja katolik, Puskesmas Meko, pastori gereja Toraja dan satu rumah warga.
Peristiwa Siklon Tropis Surigae Melemah dan Menjauhi Indonesia
BMKG memprediksi intensitas Siklon Tropis melemah dan mulai menjauhi Indonesia. Berdasarkan analisis BMKG pada 18 April 2021, pukul 19.00 WIB, siklon tropis berada di Samudera Pasifik timur Filipina, 13.5 lintang utara, 126.8 bujur timur.
Pada wilayah Indonesia akan mengalami dampak tidak langsung dari siklon tropis ini, dalam 24 jam. Meskipun peringatan potensi bencana sudah disosialisasikan kepada warga, namun dampak angin puting beliung mengakibatkan tewasnya salah seorang warga.
Bencana yang melanda Kabupaten Poso, Sabtu, 17 April 2021, menewaskan seorang perempuan yang terkena potongan kayu ketika korban berada di luar rumah.
Menurut Kepala Desa Meko, I Gede Sukaartana, pusaran angin datang dari arah Danau Poso. Setelah itu, memasuki daratan dan menuju ke pemukiman yang mengakibatkan kepanikan warga.
“Keadaan waktu itu memang tak karuan, berhamburan tak tentu arah, karena angin puting beliung ini zigzag. Anginnya pergi tidak lurus, sehingga orang panik dan berlari kesana kemari” tambahnya.
Menurut I Gede Sukaartana, siklon tropis Surigae pernah terjadi pada tahun 1994 dan tahun 2020. Kejadian saat itu mengakibatkan setidaknya 27 rumah warga mengalami kerusakan berat.
Masyarakat Perlu Waspada
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu, Nur Alim, menjelaskan siklon tropis surigae akan menyebabkan dampak tidak langsung terhadap cuaca.
Dampak ini berupa cuaca angin yang kuat melebihi biasanya pada sejumlah wilayah Sulawesi Tengah. Tak hanya di Poso, ada beberapa daerah yang mengalami perubahan cuaca angin kencang dan peningkatan potensi curah hujan.
Daerah itu meliputi Kabupaten Buol, Tojo Una-Una, Tolitoli, Banggai Laut dan Kabupaten Banggai Kepulauan.
Menurut Nur Alim, masyarakat tetap harus mewaspadai potensi peningkatan curah hujan dengan angin kencang. Tetapi tidak perlu cemas berlebihan, karena pengaruh ke Sulawesi Tengah masih dalam kategori normal.
“Terdapat perlambatan massa udara di atas Sulawesi Tengah ini, sehingga potensi hujan dengan angin kencang berpeluang terjadi, potensi tersebut meliputi Sulawesi Tengah bagian utara. Tapi tak perlu cemas karena dampak ini tidak langsung. Jadi, ada peningkatan curah hujan untuk hari ini dan dua hari kedepan. Menjelang hilangnya siklon tropis Surigae, itupun masih akan ada dampak itu” imbuh Nur Alim, Minggu 18 April 2021.
Beberapa Provinsi Meningkatkan Siap Siaga
Siklon tropis akan bergerak dengan kekuatan 95 knot atau 185 km/jam, dan kecepatan 10 knot atau 19 km/jam. Gelombang air laut setinggi 1.25 hingga 2.5 meter kemungkinan terjadi pada Laut Sulawesi, Perairan Kepulauan Sangihe, Perairan Kepulauan Sitaro.
Tak hanya itu saja, gelombang tinggi juga akan terjadi pada Perairan Bitung-Likupang, Laut Maluku, Selatan Sulawesi Utara, Laut Halmahera dan Perairan Biak, hingga Jayapura.
Gelombang air laut dengan ketinggian mencapai 2,5 hingga 4 meter juga kemungkinan terjadi pada Perairan Kepulauan Talaud dan Perairan Utara Halmahera.
Selanjutnya gelombang air laut dengan ketinggian hingga 6 meter kemungkinan akan terjadi pada Samudra Pasifik Utara Halmahera hingga Papua Barat.
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Sabtu, 17 April 2021, menghimbau agar pemangku kebijakan pada kabupaten / kota di sembilan provinsi meningkatkan kesiapsiagaan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghadapi dampak dari siklon tropis surigae.
Dampak itu meliputi potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dengan disertai petir. Lalu angin kencang pada wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat.