Penulis : Adhar Helingo, STP *
(Pemerhati Politik)
Setelah mengikuti Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 14 Februari 2024, kita akan dihadapkan kembali pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara serentak seluruh Indonesia yang akan diselenggarakan 27 November 2024.
Pilkada 27 November 2024 mendatang rasanya tidak lama lagi. Setidaknya kita harus menyiapkan Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota Gorontalo pengganti Marten Taha dan Ryan Kono.
Dari sejarahnya, tercatat Kota Gorontalo telah dipimpin oleh laki-laki, yakni: R. Atje Slamet (1961-1963), Taki Niode (1963-1971), Jusuf Bilondatu (1971-1978), H.A. Nusi (1978-1983), A. H. Nadjamudin (1983-1988), Jusuf Dalie (1988-1993), Achmad Arbie (1993-1997), Medi Botutihe (1998-2008), Adhan Dambe (2008-2013), Weni Liputo (Penjabat 11 Juni 2013-2 Juni 2014) dan Marten Taha (2014 sampai sekarang).
Meski sejarah telah menunjukkan bahwa pelaku politik itu selalu didominasi oleh kaum laki-laki, setidaknya kaum perempuan jangan dianggap remeh dalam soal politik. Salah satu contoh adalah Tri Rismaharini yang pernah menjabat sebagai Walikota Surabaya selama dua periode, yakni 2010-2015 dan 2016-2020.
Tri Rismaharini yang akrab disapa Bu’ Risma ini tercatat sebagai wanita pertama yang dipilih langsung menjadi walikota melalui pemilihan kepala daerah sepanjang sejarah demokrasi Indonesia di era reformasi dan merupakan kepala daerah perempuan pertama di Indonesia yang berulang kali masuk dalam daftar pemimpin terbaik dunia.
Nah, belajar dari Kota Surabaya yang dipimpin oleh Tri Rismaharini, tidak salah dan tidak haram hukumnya jika Kota Gorontalo juga mengikuti jejak untuk memilih pemimpin seorang perempuan.
Oleh sebab itu, mulai sekarang Partai Golkar Kota Gorontalo sudah selayaknya menyiapkan seorang pemimpin perempuan yang bakal mengganti Marten Taha sebagai walikota. Ini penting. Rakyat ingin merasakan nuansa politik baru seorang perempuan menjadi Walikota Gorontalo.
Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini Partai Golkar Kota Gorontalo memiliki kader terbaiknya. Sebut saja Meike Kamaru yang kini menjabat Sekretaris DPD Partai Golkar Kota Gorontalo. Buktinya, Meike Kamaru pada pileg 14 Februari lalu, beroleh suara pribadi sebesar 9,707 dan merebut kursi pertama untuk DPRD Provinsi Gorontalo. Total suara partai Partai Golkar di Kota Gorontalo sebesar 20,809 sehingga menarik perolehan suara DPRD Provinsi Gorntalo menjadi dua kursi.
Dengan demikian, Partai Golkar tinggal mendorong kader terbaiknya tersebut untuk digodok dan dipersiapkan maju sebagai Walikota Gorontalo. Apalagi jika dipasangkan dengan Idah Syahidah Rusli Habibie. Wow…, ini pasangan ideal yang luar biasa.
Jika pasangan Meike Kamaru-Idah Syahidah terealisasi dan disepakati oleh Partai Golkar yang nota bene partai pemilik suara terbesar di Kota Gorontalo, maka dapat dipastikan akan memperoleh kemenangan. Sekali lagi, rakyat hanya ingin punya pemimpin Kota Gorontalo dengan nuansa politik baru. Kita tunggu saja.[]