Pejuang Suriah Gulingkan Presiden Assad, PM Serukan Pemilu

Pemberontak Suriah, Minggu (8/12), mengumumkan melalui televisi pemerintah bahwa mereka berhasil menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, mengakhiri kekuasaan dinasti keluarga yang telah bertahan selama lima dekade. Langkah tersebut memicu kekhawatiran tentang potensi munculnya gelombang baru ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah yang sudah dilanda konflik.

Seorang perwira Suriah mengungkapkan kepada Reuters bahwa komando militer negara itu memberi tahu para perwira pada Minggu bahwa rezim Assad telah berakhir.

Namun, militer Suriah menyatakan bahwa mereka tetap melanjutkan operasi terhadap “kelompok teroris” di kota-kota utama seperti Hama dan Homs, serta di wilayah pedesaan Deraa.

Presiden Suriah Bashar al-Assad dilaporkan meninggalkan Damaskus dengan pesawat menuju lokasi yang dirahasiakan pada Minggu (8/12), menurut dua perwira senior militer kepada Reuters. Berita itu muncul di tengah klaim pemberontak bahwa mereka telah memasuki ibu kota tanpa adanya tanda-tanda kehadiran militer.

Namun, media pemerintah Suriah membantah rumor di media sosial bahwa Assad meninggalkan negara tersebut, dan mengatakan bahwa ia sedang menjalankan tugasnya di Damaskus.

Dia hanya mendapat sedikit bantuan, jika ada, dari sekutunya. Rusia sedang sibuk dengan perangnya di Ukraina. Hizbullah Lebanon, yang pernah mengirimkan ribuan pejuang untuk menopang pasukan Assad, telah dilemahkan oleh konflik selama setahun dengan Israel. Sementara Iran, telah melihat langsung proksi-proksi mereka di seluruh wilayah ini terdegradasi oleh serangan udara reguler Israel.

Sementara itu, Perdana Menteri Suriah Mohammed Ghazi Jalali mengatakan pemerintah siap “mengulurkan tangannya” kepada kelompok oposisi dan menyerahkan fungsi-fungsinya kepada pemerintahan transisi.

“Saya berada di rumah saya dan saya tidak akan pergi, dan ini karena saya adalah bagian dari negara ini,” ujar Jalili dalam sebuah pernyataan video. Ia mengatakan ia akan pergi ke kantornya untuk melanjutkan pekerjaannya di pagi hari dan meminta warga Suriah untuk tidak merusak properti publik.

BACA JUGA :  KPU Gorontalo Umumkan Hasil Rekapitulasi Suara Pilgub 2024

Ia tidak menanggapi laporan-laporan bahwa Assad telah meninggalkan negara itu.

Belum ada pernyataan langsung dari pemerintah Suriah.

Masuki Ibu Kota Damaskus

Seorang wartawan Associated Press di Damaskus melaporkan melihat sekelompok warga bersenjata di sepanjang jalan di pinggiran ibu kota dan mendengar suara tembakan. Markas besar polisi utama kota itu tampak ditinggalkan, pintunya dibiarkan terbuka tanpa petugas di luar. Wartawan AP lainnya mengambil gambar sebuah pos pemeriksaan tentara yang ditinggalkan, di mana seragam-seragam tentara dibuang di tanah di bawah poster wajah Assad.

Penduduk ibu kota melaporkan mendengar suara tembakan dan ledakan.

Rekaman terkait kelompok oposisi yang disiarkan di media menunjukkan sebuah tank di salah satu alun-alun ibu kota, sementara sekelompok kecil orang berkumpul untuk merayakannya. Seruan “Tuhan Maha Besar” terdengar dari masjid-masjid.

Ini adalah pertama kalinya pasukan oposisi mencapai Damaskus sejak tahun 2018, ketika pasukan Suriah merebut kembali daerah-daerah di pinggiran ibu kota setelah pengepungan selama bertahun-tahun.

Radio pro-pemerintah Sham FM melaporkan Bandara Damaskus telah dievakuasi dan semua penerbangan dihentikan.

Para pemberontak juga mengumumkan bahwa mereka telah memasuki penjara militer Saydnaya yang terkenal kejam di utara ibukota, dan “membebaskan” para tahanan mereka di sana.

Pejuang Suriah Gulingkan Presiden Assad, PM Serukan Pemilu

Malam sebelumnya, pasukan oposisi mengambil alih kota Homs, kota terbesar ketiga di Suriah, setelah pasukan pemerintah meninggalkan kota itu. Kota berpenduduk 1,5 juta jiwa itu berada di persimpangan penting antara Damaskus, dan provinsi pesisir Suriah, Latakia dan Tartus, yang merupakan basis dukungan pemimpin Suriah dan rumah bagi pangkalan angkatan laut strategis Rusia.

Para pemberontak telah merebut Kota Aleppo dan Hama, serta sebagian besar wilayah selatan, dalam sebuah serangan kilat yang dimulai pada 27 November. Para analis mengatakan kontrol kelompok pemberontak atas Homs akan menjadi pengubah permainan.

BACA JUGA :  Pemerintah Kota Gorontalo Luncurkan Kampung Cinta Disabilitas dan Lansia

Di daerah pedesaan di barat daya ibu kota, pemuda setempat dan mantan pemberontak memanfaatkan hilangnya kekuasaan tersebut dengan turun ke jalan untuk menentang pemerintahan otoriter Assad.

Ribuan warga Homs memadati jalanan setelah tentara menarik diri dari pusat kota, merayakan dengan tarian sambil meneriakkan, “Assad telah pergi, Homs bebas,” dan “Hidup Suriah, hancurkan Bashar al-Assad.”

Para pemberontak merayakan dengan melepaskan tembakan ke udara, sementara para pemuda merobek poster Presiden Suriah, menandai runtuhnya kendali teritorialnya setelah penarikan militer besar-besaran selama seminggu.

Jatuhnya Homs membuat pemberontak berhasil memegang kendali atas Suriah dan persimpangan jalan raya utama yang memisahkan Damaskus dari wilayah pesisir yang merupakan benteng sekte Alawite Assad dan tempat sekutu Rusia-nya memiliki pangkalan angkatan laut dan pangkalan udara.

Perebutan Homs juga menjadi simbol penting kebangkitan gerakan pemberontak dalam konflik selama 13 tahun. Beberapa tahun lalu, beberapa tempat di Homs hancur akibat pengepungan panjang antara pemberontak dan tentara, yang akhirnya menghancurkan kekuatan pemberontak dan memaksa mereka mundur.

Komandan Hayat Tahrir al-Sham, Abu Mohammed al-Golani, pemimpin pemberontak utama, menyebut perebutan Homs sebagai momen bersejarah dan menyerukan kepada para kombatan untuk tidak melukai “mereka yang meletakkan senjata mereka.”

Pemberontak membebaskan ribuan tahanan dari penjara kota, sementara pasukan keamanan mundur dengan tergesa-gesa setelah membakar dokumen-dokumen mereka.

Damaskus Jatuh

Pergerakan pemberontak ke Damaskus terjadi setelah tentara Suriah menarik diri dari sebagian besar wilayah selatan negara itu, meninggalkan lebih banyak wilayah, termasuk beberapa ibu kota provinsi, di bawah kendali pejuang oposisi.

Jatuhnya Damaskus akan membuat pasukan pemerintah hanya menguasai dua dari 14 ibu kota provinsi: Latakia dan Tartus.

Kemajuan dalam seminggu terakhir ini merupakan yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir oleh faksi-faksi oposisi, yang dipimpin oleh sebuah kelompok yang berakar pada Al-Qaeda. Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memasukkan kelompok itu dalam daftar teroris.

BACA JUGA :  Pj Wali Kota Gorontalo Apresiasi Dharma Wanita Persatuan pada Puncak HUT ke-25

Dalam upaya mereka untuk menggulingkan pemerintahan Assad, para pemberontak, yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham, atau HTS, hanya mendapat sedikit perlawanan dari tentara Suriah.

Pergerakan kelompok pemberontak yang sangat cepat dan kurangnya dukungan dari sekutu Assad, yang sempat menjadi ancaman paling serius bagi pemerintahan Assad sejak dimulainya perang, menjadi keuntungan bagi kelompok pemberontak.

Seruan PBB

Utusan khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, hari Sabtu (7/12) menyerukan dilangsungkannya pembicaraan mendesak di Jenewa untuk memastikan “transisi politik yang teratur.”

Berbicara kepada para wartawan di Forum Doha tahunan di Qatar, ia mengatakan situasi di Suriah berubah dari waktu ke waktu. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, yang negaranya merupakan pendukung utama Assad di dunia internasional, mengatakan bahwa ia merasa “kasihan pada rakyat Suriah.”

Di Damaskus, warga bergegas untuk menyimpan persediaan.


Lebanon Tutup Perbatasan dengan Suriah

Ribuan orang pergi ke perbatasan Suriah dengan Lebanon, untuk berupaya meninggalkan negara itu. Para pejabat perbatasan Lebanon menutup penyeberangan perbatasan utama Masnaa pada Sabtu malam, membuat banyak orang terjebak menunggu.

Banyak toko di ibukota ditutup, kata seorang warga kepada The Associated Press, dan toko-toko yang masih buka kehabisan bahan pokok seperti gula. Beberapa toko menjual barang dengan harga tiga kali lipat dari harga normal.

PBB mengatakan bahwa mereka memindahkan staf yang tidak penting ke luar negeri sebagai tindakan pencegahan.

Tak Terlibat di Suriah

Presiden terpilih Amerika Donald Trump pada Sabtu mengunggah di media sosial bahwa Amerika Serikat harus menghindari keterlibatan militer di Suriah.

Secara terpisah, penasihat keamanan nasional Presiden Joe Biden mengatakan bahwa pemerintahan Biden tidak berniat untuk melakukan intervensi di sana. [ah/ft/em/voaindonesia]