Kota Gorontalo, MEDGO.ID — Dua bulan pasca rumah mereka hancur akibat luapan Sungai Bone, pasangan Yunus Ibrahim dan Maryam Ali, bersama anak dan cucu mereka, masih bertahan di tenda pengungsian. Lokasi pengungsian yang mereka tempati tidak jauh dari pusat pemerintahan, seperti Kantor Gubernur dan DPRD Provinsi Gorontalo, namun kondisi di tenda sangat memprihatinkan.
Maryam, mengungkapkan bahwa kehidupan di tenda sangat berat. “Kalau hujan, air masuk ke tenda. Kalau panas, udaranya sangat menyiksa,” ujarnya. Untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci pakaian, mereka harus bangun subuh dan pergi ke tepian Sungai Bone, di kawasan Jembatan Bypast. “Awalnya kami numpang mandi di rumah orang, tapi sekarang kami merasa tidak enak,” tuturnya.
Pemerintah sebenarnya sudah menawarkan bantuan untuk pembangunan rumah baru, namun ada satu syarat yang menjadi kendala besar bagi keluarga ini, mereka harus menyediakan lahan. Satu-satunya lahan yang mereka miliki kini sudah mulai tergerus air sungai, sehingga sulit bagi mereka untuk memenuhinya.
Yunus dan Maryam kini hanya bisa berharap ada solusi segera, karena pada 13 September mendatang, genap dua bulan mereka hidup dalam pengungsian tanpa kepastian tentang masa depan tempat tinggal mereka. (*)