Rabu (11/3) kemarin menjadi salah satu hari buruk di Wall Street, setelah deklarasi pandemi virus corona oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan apa yang dinilai investor sebagai tanggapan setengah hati dari Gedung Putih.
Indeks Dow Jones menukik 6 persen atau kehilangan 1.465 poin, NASDAQ dan Standard & Poors 500 kedua-duanya turun 5 persen.
Pasar saham Eropa juga mengalami penurunan, tetapi lebih sedikit. London turun 2 persen, sementara indeks Perancis dan Jerman jatuh kurang dari 1 persen.
Berkurangnya permintaan untuk perjalanan karena virus ini juga menurunkan harga minyak. Saham maskapai penerbangan dan kapal pesiar juga terpukul.
Dow Jones kini secara resmi berada dalam kondisi yang disebut pakar keuangan —Bear Market atau pasar yang lesu, yaitu setelah indeks saham itu setidaknya turun paling sedikit 20 persen dari level tertinggi dalam 52-minggu. Kejadian ini mengakhiri situasi Bull Market atau pasar aktif terlama, yang dimulai pada Maret 2009.
Pakar menuduh kekisruhan pasar saham ini sebagian akibat harapan investor terhadap rincian paket stimulus ekonomi terkait virus dari pemerintahan Trump.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin memberitahu Kongres, Rabu (11/3), bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan pembebasan pajak untuk warga dan bisnis kecil. Menurut Mnuchin, hal itu bisa mengembalikan sekitar $200 miliar ke dalam ekonomi AS. Namun, perpecahan antara DPR yang dikuasai Partai Demokrat dan Presiden dan Senat dari Partai Republik, membuat investor ragu-ragu dan cemas bahwa hal ini mustahil akan dilaksanakan. [jm/ft] Sumber :voaindonesia