KARAWO DAN BEBERAPA PERTANYAAN
Oleh : Funco Tanipu
1. Sudah berkali-kali Festival Karawo dilaksanakan. Bagus dalam beberapa hal. Namun penting juga untuk mengurai lebih dalam soal apa, bagaimana dan seperti apa Karawo kedepan.
2. Sampai saat ini, kita belum tahu berapa tren jumlah penjualan Karawo. Kita juga belum tahu berapa jumlah pekerja yang terlibat dalam industri ini.
3. Jika kita punya data penjualan dan jumlah pekerja. Kita juga bisa tahu berapa pendapatan pekerja Karawo. Lalu apakah pendapatan ini telah mendongkrak juga pendapatan rumah tangga mereka?
4. Sampai saat ini kita juga belum tahu mengenai jumlah desain motif Karawo. Berapa yang telah dibuat, berapa yang telah dipatenkan, berapa jumlah desainer motif? Dengan data itu, minimal kita memiliki katalog motif Karawo, dan juga punya upaya untuk memperkuat bidang desain motif.
5. Hingga diskusi semalam, masih ada dinamika mengenai awal mula dan sejarah Karawo. Ada data dari Alm Farhah Daulima, Pak Alim, I Wayan Sudana dll. Penting untuk menegaskan kembali soal sejarah, makna dan riwayat Karawo.
6. Dalam hal yang lain, penting pula untuk mulai dipikirkan melakukan regenerasi pekerja dan pengrajin Karawo. Penting untuk dimulai membuka kursus-kursus, dan juga menyusun muatan lokal di kurikulum sekolah. Sehingga “pekerja” karawo adalah yang digeluti, bukan sekedar untuk mengisi waktu.
7. Penting pula untuk mulai memikirkan standar benefit untuk pekerja dan pengrajin Karawo. Per pekerjaan satu pakaian, per bulan, per minggu dan standar gaji yang layak. Hal ini penting agar perhitungan pendapatan dari industri ini bisa dihitung dan disimulasi secara akumulatif dalam pendapatan daerah/per kapita penduduk.
8. Dalam hal yang lain, perlu juga ada upaya untuk membentuk asosiasi pengrajin Karawo, khususnya yang berada di kampung-kampung. Wadah ini menjadi penting bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman, menjadi wadah untuk mengelola keuangan yang modern sekaligus menjadi wadah untuk mendistribusikan pekerjaan dan meningkatkan kapasitas.
9. Industri fashion adalah salah satu dari bidang di ekonomi kreatif. Namun, kontribusi sektor ini terasa belum kuat dibandingkan dengan kontribusi sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan kelautan. Penting untuk mulai menyusun dan mengembangkan Karawo menjadi industri strategis daerah, agar bisa berkontribusi lebih besar dalam sektor ekonomi kreatif. Misalnya sampat saat ini belum terlihat statistik berapa UMKM Karawo, berapa BUMDES Karawo dll.
10. Soal promosi, Karawo saat ini baru dipromosikan secara terbatas oleh pengusaha yang punya jaringan dan memiliki kemampuan digital yang kuat. Sisanya, produksi dari kampung masih diselenggarakan secara analog dan tradisional. Penting kiranya untuk memulai membangun brand, marketing dan pola distribusi yang lebih kuat, serta jejaring antar pengusaha/home industri.
11. Soal identitas, saat ini Karawo adalah identitas Gorontalo, namun belum menjadi kebanggaan. Belum semua orang memiliki Karawo sebagai pakaian “rutin”, dan belum semua orang menjadikan Karawo sebagai identitas sekaligus kebanggaan. Penduduk Gorontalo baik di Gorontalo maupun diluar Gorontalo ada sekitar 2 juta orang. Getaran Karawo dirasakan belum terlalu kuat dalam daerah apalagi nasional. Karawo hanya digunakan sebatas pada anjuran wajib sebagai pakaian dinas hari tertentu bagi PNS. Di sekolah belum. Apalagi untuk kegiatan sosial-religius lainnya.
12. Mengenai viralnya Karawo, harus diakui bersama bahwa viralnya Karawo hanya pada saat Festival, selain dari hari itu, Karawo hanyalah pakaian biasa. Tidak viral dalam konsumsi. Baru sebatas ukuran hashtag.(*)
Hal-hal yang belum “selesai” ini adalah refleksi dari perayaan Karawo dalam sebuah Festival. Semoga menjadi bahan masukan bagi semua kalangan.