Gigih Dokumentasi Lewat Karya Sastra Indonesia, HB Jassin Layak Menjadi Pahlawan Nasional

Jakarta, Medgo.id — Setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan testimoninya tentang H.B Jassin, kini giliran Menkopolhukam Mahfud MD turut memberikan testimoni tentang putra Gorontalo tersebut.

Lewat seminar dengan tema besar H.B Jassin Pahlawan Peradaban Indonesia. Seminar ini dilaksanakan di Ruang Abdul Muis, Gedung Nusantara, DPR RI (23/2).

Seminar yang dihadiri Bupati Bone Bolango, Hamim Pou bersama Wakil Ketua DPR RI Rachmad Gobel kembali membicarakan kembali pikiran-pikiran H.B Jassin dan kontribusinya terhadap dunia sastra Indonesia.

Kredit Mobil Gorontalo

Menurut Bupati Hamim Pou, seminar ini sebagai upaya untuk menegaskan tentang pentingnya gelar Pahlawan Nasional bagi HB Jassin.

“Sebagai paus sastra Indonesia, H.B. Jassin membangun peradaban sastra Indonesia menjadi lebih kaya. Sebagai putra daerah asli Bone Bolango, kami mendukung sepenuhnya gelar pahlawan nasional untuk HB Jassin”, jelas Hamim.

Dalam seminar tersebut, Menkopolhukam Mahfud MD turut memberikan testimoni tentang HB Jassin. Sebagai ketua Dewan Gelar Kepahlawanan Nasional, Mahfud menyatakan bahwa HB Jassin sudah layak menjadi pahlawan nasional dengan menyesuaikan prosedur administrasi negara.

Beberapa panelis yang turut hadir memberikan pandangan dan pemikiran HB Jassin. Diantaranya budayawan dan sastrawan, Nirwan Dewanto, dan asisten sekaligus penulis biografi H.B Jassin yakni Oyon Sofyan.

Masing-masing panelis bersepakat bahwa H.B Jassin sangat layak menjadi pahlawanan nasional karena kegigihannya mendokumentasikan sebagian besar karya-karya sastra besar penyair dan sastrawan Indonesia.

“Banyak sastrawan besar yang lahir berkat tangan seorang Jassin, termasuk Chairil Anwar,” tutur Oyon.

Disamping itu  menurut Nirwan, ketokohan Jassin membuatnya sebagai mahluk yang universal, bisa merangkul siapa saja tanpa memandang ras, agama maupun suku.

“Jassin tidak butuh panggung, dia selalu sibuk di belakang dengan karya-karyanya. Seorang yang anti-monumen yang monumental”, ucap Nirwan.