Riau, (MEDGO.ID) — Perayaan Hari Puisi Indonesia ditetapkan 26 Juli dan dirayakan dengan meriah di mana-mana, di seluruh Indonesia. Penetapan tersebut pada 22 November 2012 yang dideklarasikan di Pekanbaru oleh lebih 40 penyair seluruh Indonesia dan dipimpin oleh Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri.
Sejak saat itu, setiap tahun, HPI dirayakan di setiap kabupaten dan kota di Indonesia dengan cara dan gaya yang berbeda-beda Di Riau, perayaan HPI dilaksanakan setiap tahun yang digerakkan oleh Komunitas Seni Rumah Sunting Pekanbaru.
Tahun ini, meski pandemi, Rumah Sunting yang dinakhodai penyair perempuan Kunni Masrohanti yang juga Presiden Penyair Perempuan Indonesia (PPI), juga merayakan HPI ke-8 tersebut, Sabtu 25 Juli. Kegiatan ini terlaksana atas dukungan Balai Bahasa Provinsi Riau dan Kong Djie Kafe sebagai lokasi pelaksanaan. Kunni juga mengajak banyak komunitas untuk merayakan bersama-sama. Perayaan tetap mematuhi protokol kesehatan.
”Menyambut Hari Puisi tahun ini, kami menggelar acara sederhana. Meski di Kafe tapi tetap terbatas dan mematuhi protokol kesehatan. Berbincang dan membaca puisi sambil ngopi,” kata Kunni Masrohanti, pimpinan Rumah Sunting.
Perayaan ini juga dilaksanakan di berbagai provinsi di Indonesia, dengan gaya dan bentuk kegiatan yang berbeda-beda. Di Pekanbaru, Rumah Sunting sudah mengawali kegiatan ini sejak bulan lalu yang ditandai dengan pembentangan bendera HPI di puncak Gunung Talang dan Tandikek, Sumatera Barat.
Dilanjutkan dengan diskusi Puisi Para Pendaki bersama pendaki dan pencinta alam dan dilanjutkan dengan bincang dan panggung puisi 25 Juli. Tak henti alias bertubi-tubi.
Perayaan HPI kali ini, Rumah Sunting tidak melaksanakan sendiri, tapi melibatkan banyak komunitas. Di antaranya Panggung Tok Tan, Matan, Kuala Aksara, Forum Lingkar Pena (FLP), Forum Literasi Remaja (FLR), Riau Bersastra (RbS), Community Pena Terbang (Competer), Salmah Writing Creatif (SCW), Batik Seroja dan beberapa lainnya.
Sebelum malam perayaan atau Panggung Puisi, juga dilaksanakan Bincang Puisi dengan peserta lebih terbatas dan disiarkan langsung di Instagram serta Facebook Rumah Sunting, Kuala Aksara serta RbS TV Channel. Sedangkan pembicara yang hadir yakni, Kepala Balai Bahasa Riau Drs Songgo Suruah MP.d, Fakhrunnas MA Jabbar dan Kunni Masrohanti. Meski hujan, Bincang Puisi tetap berlangsung hingga pukul 18.00 WIB.
”Merayakan Hari Puisi Indonesia dengan sederhana, dengan cinta dan bangga,” lanjut Kunni.
Berbagai hal dibahas dalam bincang tersebut, terutama terkait hari puisi, proses kreatif menulis puisi, hingga bagaimana peran puisi menjaga bahasa. ”Puisi juga berperan menjaga bahasa dengan diksi-diksi kuat yang dilahirkan oleh penyair. Terimakasih Rumah Sunting sudah melaksanakan kegiatan ini. Balai Bahasa Riau sudah sering kerja sama dengan Rumah Sunting bahkan sampai ke pedalaman. Rumah Sunting ini aktif dan kreatif. Selamat merayakan Hari Puisi untuk semua, ” kata Songgo.
Sementara itu, Fakhrunnas MA Jabbar yang hadir sejak bincang puisi sore hari hingga tengah malam, mengungkapkan rasa kagumnya kepada Rumah Sunting yang tetap menggerakkan dan menggagas perayaan HPI meski di tengah pandemi bahkan di tempat yang menurutnya mewah dan istimewa.
”Tidak banyak yang bisa melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti ini. Rumah Sunting, entah bagaimana caranya, tetap malaksanakan, mengumpulkan penyair-penyair Riau dan merayakan HPI bersama di tempat yang istimewa ini,” kata Fakhrunnas.
Usai diskusi, dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh para penyair Riau. Di antaranya Fakhrumnas MA Jabbar, Taufik Hidayat yang juga Ketua Dewan Kesenian Riau (DKR), Bambang Kariyawan, Herman Rante, A Aris Abeba, DM Ningsih, Drs Songgo Siruah MPd, dr Chaidir, Asqalani Eneste, Muhamma De Putra, Siti Salmah, Kunni Masrohanti, Alam Terkembang, Drimah dari Rohul, Tengku Fauzi, Hamidun, musikalisasi oleh Qori Islami dan Syahritra dari Panggung Toktan, Miftahul Ihsan dari Kuala Aksara, lagu Hari Puisi oleh Farid Jhonatan dari Angry in Die Silent dan masih banyak lainnya.
”Hebatnya lagi, Rumah Sunting juga membuat antologi puisi untuk para pendaki dan saya salah satu yang mengikuti. Tidak menyangka kalau ternyata saya dan Kunni sama-sama pendaki. Literasi luar biasa dilakukan Rumah Sunting, khususnya Kunni, yang melibatkan banyak pihak. Melibatkan pendaki menulis puisi dan membuat buku secara khusus, saya rasa ini baru pertama,” kata Chaidir malam tadi.
Atas keaktifan dan kreatifitas tiada henti Rumah Sunting yang melaksanakan kegiatan sastra dan literasi, bukan hanya di kota tapi sampai ke pelosok-pelosok desa, inilah yang menjadi alasan Balai Bahasa Riau memberikan penghargaan kepada Rumah Sunting malam tadi. Penghargaan yang diberikan di depan para satrawan Riau itu atas dasar dedikasi, inspirasi dan prestasi mewakili generasi masa kini dalam kreasi puisi sebagai alat perjuangan kini dan nanti. ***