Sorot : Gegara Wabah Corona, Ancaman Kelaparan Hantui Keluarga Tukang Gosok Harian

Serang, (MEDGO.ID) – Wabah Virus Corona (Covid -19), tak hanya membawa ancaman untuk terifeksi, namun berdampak bagi hilangnya pendapatan harian, akibatnya warga Serang ini, harus menahan lapar, sebab dapur tak mengepul.

Inilah yang dia alami oleh Yuyun Cahyaningsih (37), warga RT 05 RW 08, Kelurahan Pemancangan Baru, Kecamatan Cipocok, Kota Serang, Banten, mengaku sudah empat hari menahan lapar, karena tidak bisa mencari nafkah bagi keluarganya.

Yuyun yang biasa bekerja sebagai tukang cuci gosok terpaksa puasa sejak Senin, 30 Maret 2020 hingga kemarin, Kamis 02 Maret 2020, lantaran tidak punya pemasukan dan tidak punya beras di rumahnya.

Kredit Mobil Gorontalo

“Jadi saya enggak punya pemasukan gara-gara Corona ini. Kan enggak boleh keluar, jadi orang-orang ngegosok sendiri. Anak saya seminggu puasa, Senin sampai Kamis,” kata Yuyun Cahyaningsih, dikediamannya, Jumat (03/04/2020), yang dikutip dari media bantensatu, Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI).

Kesedihan Yuyun semakin bertambah, pasalnya sang suami, yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh harian lepas, sedang meringkuk sakit dan tidak bisa membiayai kehidupan istri dan dua orang anaknya.

BACA JUGA :  Dukung Pemberantasan Narkoba, Nizhamul Ikut Musnahkan 2 Kg Sabu

“Sehari-hari saya bekerja sebagai buruh setrika dan penjaja makanan ringan dari kampung ke kampung. Rumah ini merupakan warisan dari kakek dan nenek suami saya, yang ditempati turun menurun,” tuturnya.

Yuyun mengatakan, dirinya sempat berkeluh kesah kepada seorang pegawai yang di akui nya seorang staff Gubernur Banten, Wahidin Halim (WH).

Kepada orang yang dianggapnya sebagai staff Gubernur Banten Yuyun bercerita, kalau tidak memiliki beras dan persediaan lainnya.

Oleh orang tersebut, Yuyun kemudian disuruh menghubungi Relawan Banten Melawan Corona (RBMC).

Kebijakan lainnya yang dianggap efektif memutus penyebaran Corona, yakni dengan meliburkan kegiatan belajar mengajar di Sekolah, menjadi masalah baru bagi Yuyun.

Karena harus belajar dirumah secara online dirinya mengaku kesulitan karena tidak bisa membeli handphone untuk mendukung kebijakan tersebut.

Beruntung, wali kelas anaknya, berbaik hati dan memberikan handphone untuk belajar dirumah.

“Informasinya ya dari saudara yang kerja jadi anak buahnya gubernur. Saya ngeluh enggak punya beras, gosok saya sepi. Kemarin saya bingung, terus disuruh kontak Untirta (RBMC) peduli. Kepepet, saking kepepetnya, malu sebenernya mah,” terangnya.

BACA JUGA :  Pastikan Persiapan Matang, Pj. Nizhamul Tinjau Kesiapan Rumah Pasta Cabai

Mendapat informasi tersebut, RBMC terjun langsung untuk memberikan bantuan.

Koordinator RBMC sekaligus akademisi Untirta, Hendra Leo Munggaran mengatakan, pemberian bantuan tersebut berasal dari para donatur dan relawan yang bukan hanya berasal dari wilayah Banten saja.

“Ini sebagai salah satu bentuk kita membantu masyarakat Banten. Semua elemen harus bahu membahu menyelesaikan persoalan bangsa kita ini. Semoga kita semua bisa melewati masa krisis ini,” ucap Hendra, usai memberikan bantuan.

Terpisah, nasib lebih mengenaskan harus dialami Encep (42) warga asal Kelurahan Tamansari, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon.

Encep dan keluarganya sempat terlunta-lunta dijalanan karena terusir dari kontrakan akibat sudah tak sanggup membayar kontrakan sebesar Rp 300 ribu selama hampir 2 bulan.

Sebagai buruh harian lepas, Encep kesulitan mendapat pekerjaan, lantaran adanya virus corona atau covid-19 yang makin mewabah di Indonesia sehingga banyak warga yang mengisolasi diri.

BACA JUGA :  Pesan Penjabat Bupati untuk Dewan Pendidikan agar Anak Batu Bara Siap Kompetisi Nasional

Akibatnya, sudah tidak ada lagi warga yang menggunakan jasa Encep untuk dipekerjakan.

Saat ditemukan oleh Khairul Umam yang merupakan Ketua Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA) Banten, Encep bersama istri dan satu anak balitanya diketahui sedang berjalan kaki menuju daerah Cibeber, Kota Cilegon dengan kondisi cukup memprihatinkan.

Encep dan keluarganya sempat akan diantar ke rumah saudaranya oleh masyarakat yang prihatin dengan kondisi Encep.

Namun saat coba diantar kerumah saudaranya di daerah Cibeber, ternyata bukan sebuah solusi yang tepat dikarenakan kondisi saudaranya itu pun termasuk keluarga tidak mampu dengan kondisi masih menempati sebuah kontrakan.

“Sekarang dititip dirumah singgah Dinsos Cilegon, mungkin sampai ada jalan keluar yang lain. Rencananya sih saya urus dan siapkan untuk dia berdagang, apa ajalah, yang penting dia bisa usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,” ungkap Umam. (B1/Baehaqi)