SETIAP tahun bangsa Indonesia memperingati HUT kemerdekaan yang diproklamirkan, 17 Agustus 1945.
Tahun ini, kemerdekaan bangsa diuji dengan berbagai peristiwa penting, yang sangat menguras tenaga dan pikirin, untuk dapat melaluinya.
Pandemi Covid-19, merupakan bentuk ujian terhadap keutuhan bangsa, meski tak hanya Indonesia yang mengalami wabah mematikan ini.
Sebagai negara merdeka, selayaknya memiliki sikap patriotisme, dalam menangkal setiap pengaruh dari luar yang membahayakan setiap jemgkal tanah negara.
Bangsa yang merdeka, tak akan meremehkan ancaman sekecil apapun, yang dapat menggoyahkan persatuan kita.
Siapapun yang memberikan ruang, untuk adu domba, maka patut dicurigai bahwa itu merupakan antek kolonial yang berwajah baru, untuk memecah belah persatuan bangsa.
Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang nemiliki komitmen membebaskan negaranya dari bahaya korupsi, kolusi dan nepotisme.
Tak dapat dipungkiri, kemerdekaan yang kita raih dirongrong para koruptor, yang mau menjual diri dan bangsanya untuk menumpuk keuntungan pribadi, yang tak ubahnya seperti para penghianat negara, di masa penjajahan.
Bangsa merdeka, memiliki keadilan hukum dannkepastian hukum bagi rakyat kecil yang mayoritas direpublik ini. Buat apa kemerdekaan ada, bila hukum tak berpihak kepada mereka. Hukum dalam artian, satu kesatuan, sebuah proses penegakkan hukum yang melibatkan para penegak hukum beserta aturan yang berpihak kepada rakyat kecil, bukan kepada kaum borjuis.
Bangsa yang merdeka tentu harus mampu melihat peran para founding father (pendiri bangsa), dan tak terlalu melebihkan Soekarno, dan mengesampingkan Hatta dalam setiap ucapan dalam setiap kesempatan, meski mereka tak memintanya.
Bukankah bangsa merdeka adalah memghargai jasa semua pahlawan?, lalu kenapa hanya begitu mendewakan Soekarno, dibandingkan dengan lainya. Harusnya, kekuasaan yang dimanatkan oleh konstitusi dalam era kemerdekaan ini, harus dimaknai sebagai penghargaan terhadap jasa semua oramg yang telah berkontribusi dengan jiwa dan raga mereka dwmi kemerdekaan hari ini.
Saya pengagum Soekarno, tapi tak melunturkan simpatik terhadap Diponegoro, Ahmad Yani, Aguusalim, Soedirman, Maramis, Hatta, HOS Cokroaminoto. dan lainya, yang hanya dapat melukai hati anak negeri.
Bangsa merdeka tak mau kekayaan negaranya dikeruk oleh penjajah moderen, atas nama skema ekonomi apa dan itu, yang untungnya dibawah keluar, dengan kompensasi kecil bagi bangsa, dan hanya membuat harta para pejabatnya menumpuk.
Bangsa merdeka harusnya bangga dengan Pancasila yang merupakan ideologi bangsa, bukan malah berupaya menggantikannya dengan sesuatu yang dapat memecah belah bangsa. 74 Tahun Pancasila sudah terbukti menjadi perekat berbagai agama, suku, budaya dan bahasa.
Bangsa yang merdeka menghargai kehadiran pencipta alam semesta dalam kehidupan berbangsa, yang akan menjadikan kita menyadari bahwa tanpa kemurahan hati Tuhan yang maha esa yang memiliki kekuasaan alam Indonesia, kita dapat merasakan sedikit dari kemerdekaan ini.
“Lebih baik mati berkalang tanah, dari pada hidup bercermin bangkai”
Selamat HUT RI Ke-75 (17 Agustus 2020)
Jayalah Indonesia,
Walau bumi bergoncang, kau tetap Indonesia ku
Ridwan Mooduto