Taipan properti China Ren Zhiqiang yang hilang karena menyebut pemimpin otoriter China, Xi Jinping sebagai “badut,” dan telah didepak dari Partai Komunis, sekarang menghadapi penyelidikan kriminal yang bisa berakhir dengan penuntutan.
“Jika ini bukan penganiayaan politik, lalu apa?,” kata seorang teman Ren, seorang pengusaha China kepada VOA .
Ren, yang hilang pada Maret setelah mengkritik Xi, didepak dari Partai Komunis China (PKC) dan Kamis malam lalu, kasusnya telah diteruskan ke sistem peradilan untuk penyelidikan pidana. Pengumuman sebanyak 500 kata yang dikeluarkan Komisi Inspeksi Disiplin di distrik Xicheng, Beijing mengatakan sebagian asetnya yang “terkait dalam kasus ini” disita.
Pengumuman itu muncul ketika China dan AS bersitegang setelah masing-masing saling tutup konsulat menyusul penutupan konsulat China di Houston dan konsulat AS di Chengdu.
Waktu pengumuman itu menunjukkan upaya Beijing untuk meremehkan apa yang terjadi pada taipan real estate terkenal itu yang juga mantan eksekutif puncak pengembang properti milik negara, Huayuan Real Estate Group. Ia juga wakil menteri urusan perusahaan atau salah seorang pejabat senior Partai Komunis China (PKC) di perusahaan itu.
Dengan reputasi yang terkenal menghasilkan dana untuk partai dan dirinya sendiri, Ren dikenal berani mengungkapkan pendapatnya mengenai PKC, Xi, dan masa depan China.
Pada bulan Februari 2016, Ren yang dijuluki “Big Cannon Ren” mempertanyakan pernyataan Xi, bahwa media harus melayani kepentingan partai. PKC menanggapi dengan menangguhkan keanggotaannya selama setahun dan menutup akun Weibo-nya, yang memiliki lebih dari 37 juta pengikut. Weibo adalah versi Twitter China.
Pada bulan Oktober, Xi menurut media resmi pemerintah mengatakan eksekutif BUMN berutang kesetiaan total pada PKC dan bertugas meningkatkan “seluruh kekuatan nasional , pembangunan ekonomi dan sosial, dan kesejahteraan rakyat,” China . [my/lt]
Sumber : voaindonesia