APREBI Gelar Diskusi Nasional, Presiden BEM Universitas NU Gorontalo: Pentingnya Upaya Konkret untuk Mencegah Kerusakan Lingkungan yang Lebih Parah

Kota Gorontalo, MEDGO.ID – Asosiasi Produsen Energi Biomassa Indonesia (APREBI) mengadakan National Forum Group Discussion bertema “Membangun Gorontalo dengan Menjaga Etika Lingkungan” di ASTON Hotel Gorontalo, Rabu (19/9). Forum ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, akademisi, aktivis lingkungan, hingga pelaku industri, guna merumuskan langkah-langkah konkret untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Gorontalo melalui pemanfaatan energi biomassa.

Acara ini menggarisbawahi pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan pembangunan ekonomi dengan pelestarian lingkungan. Gorontalo, yang saat ini diproyeksikan sebagai salah satu daerah penghasil _wood pellet_ terbesar di Indonesia, berpotensi menjadi pusat bioenergi nasional. Namun, diskusi ini menyoroti bahwa tanpa pengawasan ketat, pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan dapat terancam.

Putri Diva Amriyani, Presiden Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Gorontalo, turut memberikan pandangannya dalam forum tersebut. Ia mengajukan beberapa pertanyaan kritis yang mewakili kekhawatiran masyarakat terhadap keberlanjutan proyek bioenergi di daerah ini. Salah satu sorotannya adalah mengenai mekanisme pengawasan pemanfaatan lahan, terutama terkait lahan bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH), agar tidak melanggar aturan lingkungan.

BACA JUGA :  Genjot PAD, Komisi II Minta Pemkot, Siapkan Fasilitas Air Bersih MCK dan Listrik untuk Pedagang

“Apakah langkah-langkah mitigasi deforestasi yang diusulkan sudah cukup kuat untuk melindungi hutan alam Gorontalo?” tanya Putri Diva, menegaskan pentingnya upaya konkret untuk mencegah kerusakan lingkungan yang lebih parah.

“Bagaimana dampak jangka panjang dari penggunaan bioenergi terhadap keberlanjutan lingkungan? Mengutip laporan FAO, potensi deforestasi dan penurunan keanekaragaman hayati sebagai risiko yang dapat terjadi akibat produksi bioenergi, dengan proyeksi pengurangan hutan global hingga 3% sampai 10% pada tahun 2050. Hal ini berpotensi memperburuk krisis iklim global”, jelas Putri Diva.

BACA JUGA :  Genjot PAD, Komisi II Minta Pemkot, Siapkan Fasilitas Air Bersih MCK dan Listrik untuk Pedagang

Selain membahas isu lingkungan, forum ini juga mengangkat isu sosial seperti pengentasan kemiskinan dan penanganan stunting yang diharapkan dapat diintegrasikan dengan kebijakan pembangunan berkelanjutan di Gorontalo.

BACA JUGA :  Ruang Belajar Berfungsi Asrama, Begini Cerita Siswa dan Kepsek Madrasah Aliyah Miftahul Huda Kwandamg Gorut

Melalui diskusi ini, APREBI juga berharap dapat mendorong terciptanya solusi bioenergi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sekaligus mendukung perekonomian daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Forum ini diharapkan menghasilkan rekomendasi yang dapat diterapkan oleh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam menjaga etika lingkungan di setiap tahap pembangunan Gorontalo. (**)