Panen Singkong Rachmat Gobel Sukses Besar di Gorontalo

Gorontalo, MEDGO.ID – Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, melakukan panen singkong di atas lahan demplot seluas 2 hektare.

“Alhamdulillah berhasil. Per satu batang singkong ada yang 30 kilogram. Gorontalo bisa menjadi lumbung pangan nasional untuk Indonesia timur,” katanya, Sabtu, 6 Januari 2024.

Pada 26 Desember 2022, Rachmat Gobel menanam tiga jenis singkong di Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Tiga jenis singkong itu merupakan varietas baru bagi petani di Gorontalo. Tiga varietas itu adalah Garuda, Cimanggu, dan Casesa. Hal ini merupakan bagian dari uji coba tiga varietas tersebut cocok atau tidak di tanah Gorontalo. Untuk membawa bibit ini dari Lampung dan Jawa dibutuhkan biaya Rp 80 juta. Per hektare dibutuhkan 8-10 ribu stek, sehingga untuk dua hektare membutuhkan 16-20 ribu stek. Uji coba ini melibatkan PT Seruniandal Citramandiri selaku penyedia pupuk dan bibit, pakar pertanian dari Unpad Bandung Prof Dr Tualar Simarmata, Tim Kemandirian Pangan Rachmat Gobel yang dipimpin Prof Dr M Ikbal Bahua, Sofyan Abdullah dari Universitas Gorontalo, dan Pemuda Tani Indonesia. Dalam panen kemarin, hadir pula Pejabat Gubernur Gorontalo Ismail Pakaya dan dari Masyarakat Singkong Indonesia, Helmi Hasanudin. Pada panen tersebut untuk jenis Garuda per batang ada yang 32 kg, sedangkan untuk jenis Cimanggu dan Casesa sekitar 20-25 kg per batang. Pertanian singkong ini sepenuhnya menggunakan pupuk organik jenis pembenah tanah antasena, decomposer kresna, dan biounggul.

BACA JUGA :  Bersama Kodim 1313/Pohuwato, Pani Gold Project Laksanakan Karya Bakti TNI AD

Rachmat Gobel, Ismail Pakaya, dan Tualar Simarmata secara bersama-sama mencabut satu batang singkong. Mereka tak berhasil. Akhirnya dibantu oleh dua orang lagi, sehingga total ada lima orang untuk bisa mencabut satu batang singkong. Akhirnya batang singkong tersebut berhasil dicabut. Agus Mukhlison, dari PT Seruniandal Citramandiri mengaku sempat khawatir panen singkong ini akan gagal. “Maklum sedang musim Elnino yang kering dan panas. Di Lampung hanya bisa menghasilkan 2-3 kg per batang singkong, sehingga satu hektar hanya menghasilkan 80 ton. Ternyata lahan Gorontalo sangat cocok untuk bertanam singkong,” katanya.

Mukhlison mengatakan, satu hektare lahan di Gorontalo bisa menghasilkan 150-200 ton. Namun jika bisa rata-rata 30 kg per batang, katanya, bisa menghasilkan 300 ton per hektare. Sedangkan biaya pengolahan pertanian singkong per hektare, katanya, hanya Rp 6,4 juta. “Jadi keuntungan petani sangat besar. Silakan saja dihitung berapa pendapatannya jika harga per kilogram singkong adalah Rp 1.500,” katanya. Karena itu, katanya, bertani singkong sangat menguntungkan jika dilakukan dengan pupuk yang tepat, lahan yang cocok, dan bibit yang benar. Menurutnya, bertani singkong sangat menguntungkan. “Penggunaan pupuk yang baik memang butuh biaya tambahan, namun keuntungannya justru berlipat. Pupuk pembenah tanah dan decomposer itu sangat penting,” katanya.

BACA JUGA :  Gelar Blusukan, Paslon SIAP Jelaskan Pentingnya Investasi Bagi Daerah Untuk Anak Cucu

Rachmat Gobel mengatakan, yang dibutuhkan sekarang adalah membangun ekosistem pertanian yang sehat dan benar, yaitu ada off taker yang pasti dan benar, ada industri pengolahan, ada lahan, ada pendanaan, dan pupuk yang tepat. Untuk itu, ia akan mencanangkan pertanian singkong, kakao, dan komoditas pertanian lainnya yang masing-masing di atas lahan 1.000 hektare. Singkong, katanya, selain bisa dikonsumsi langsung dalam beragam penganan yang sudah dikenal masyarakat, juga bisa menghasilkan tepung dan mocaf (modified cassava flour). Menurutnya, tepung dan mocaf lebih sehat dibandingkan dengan tepung lain. “Dengan demikian, pertanian singkong akan meningkatkan pendapatan petani, menyejahterakan petani, dan akhirnya bisa mengurangi kemiskinan di Gorontalo,” katanya.

Lebih lanjut Gobel mengatakan, ia sudah enam kali melakukan uji coba demplot di tempat yang berbeda, seperti Pulobala, Suwawa, Bionga, Tolotio, dan Hutabohu. “Mulai dari jagung, padi, nanas, dan juga singkong. Alhamdulillah semuanya sukses dengan hasil produksi berlipat. Bahkan di Pulobala orang bilang itu tanah kutukan karena bertani di situ sangat sulit, namun alhamdulillah berhasil. Allah sudah berfirman bahwa carilah rezeki di bumi-Nya di manapun. Jadi tinggal bagaimana ikhtiar kita sebagai makhluknya,” katanya.

BACA JUGA :  Pani Gold Project Terima Penghargaan Siddhakarya Dari Pemprov Gorontalo

Selain itu, katanya, pada lima tahun lalu ia bertanam kakao di Boalemo dan Pohuwato. “Kini Gorontalo sudah bisa dikenal lewat coklat di Jepang dengan merek Otanaha dan tertulis Gorontalo. Pada akhir tahun lalu juga sudah dikenalkan di Prancis, juga sukses. Jadi mari kita bangun pertanian kita untuk kesejahteraan masyarakat Gorontalo. Petani itu pahlawan. Ini bukan soal perut saja, tapi juga soal derajat dan martabat kita sebagai bangsa. Jika tak ada petani kita bisa menjadi bangsa pengemis pada bangsa lain untuk kebutuhan pokok kita. Jadi muliakanlah petani,” katanya.

“Oluwo bukti lio. Sudah terbukti. Jadi jangan percaya pada orang yang cuma bisa cerita dan berjanji,” katanya.

Ismail Pakaya mengatakan, dari segi proporsi penduduk Gorontalo maka yang menjadi petani sekitar 52-54 persen. “Sehingga jika bisa menyejahterakan petani berarti sudah bisa menyejahterakan Gorontalo. Di Gorontalo masih banyak lahan yang menganggur. Karena itu kita memberikan penghargaan yang setinggi-tinggi kepada Pak Rachmat Gobel yang selalu ingat kepada Gorontalo dan peduli kepada petani dan pertanian. Semua bisa dilihat dan sudah bisa dinikmati masyarakat. Ini sangat bernilai dan sangat berharga,” katanya. (*)