Ribuan demonstran hari Minggu (16/8) menyerukan perubahan radikal terhadap pemerintah Thailand. Ini merupakan demonstrasi terbaru dalam aksi unjukrasa yang dilangsungkan mahasiswa dan pelajar hampir setiap hari.
Polisi Bangkok memperkirakan ada 10.000 orang yang mengikuti demonstrasi kali ini, menjadikannya sebagai demonstrasi terbesar di Thailand sejak kudeta tahun 2014.
Para pemimpin mahasiswa menuntut penyelenggaraan pemilu baru untuk membentuk pemerintah baru, termasuk mundurnya Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, mantan jendral yang berkuasa lewat kudeta pada tahun 2014 dan memenangkan pemilu yang disengketakan tahun lalu.
Demonstrasi hari Minggu juga menyerukan perubahan dalam kerajaan, subyek yang sensitif di Thailand karena siapa pun yang mengecam Keluarga Kerajaan mungkin menghadapi hukuman penjara sangat lama.
“Kami ingin pemilu baru dan parlemen baru dari rakyat,” ujar seorang aktivis mahasiswa Patsalawalee Tanakitwiboonpon, yang berusia 24 tahun, pada kerumunan massa. “Terakhir, mimpi kita adalah memiliki kerajaan yang benar-benar di bawah konstitusi.”
Para demonstran juga melambai-lambaikan bendera, spanduk dan meneriakkan kata “hancurlah kediktatoran, hidup demokrasi.”
Polisi Bangkok mengatakan telah menempatkan 600 petugas untuk mengamati demonstrasi itu.
Demonstrasi tandingan yang membela kerajaan dihadiri puluhan peserta. [em/ii]
Sumber : voaindonesia